Kamis 28 Mar 2019 09:33 WIB

Strategi Tunaiku Tekan Kredit Macet

NPL Tunaiku saat ini berkisar antara tiga sampai empat persen.

Rep: Retno Wulandhari / Red: Friska Yolanda
Salah seorang pengguna jasa Tunaiku.
Foto: tunaiku
Salah seorang pengguna jasa Tunaiku.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perusahaan teknologi finansial (tekfin) peer to peer (p2p) lending Tunaiku terus melakukan sejumlah strategi untuk menekan angka kredit macet atau Non Performing Loan (NPL). Menurut Head of Retail Credit Amar Bank, Abraham Lumban Batu, NPL Tunaiku saat ini berkisar antara tiga sampai empat persen. 

"Karena Tunaiku mengikuti Amar Bank memang NPL di bawah industri perbankan, OJK mensyaratkan di bawah lima persen. Amar bank sekitar 3-4 persen," kata Abraham saat berkunjung ke kantor Republika, Selasa (26/3).

Baca Juga

Untuk menekan NPL, Abraham mengaku, pihaknya terus melakukan literasi keuangan melalui berbagai saluran yang dimiliki Tunaiku. Salah satunya memberikan informasi melalui portal edukasi yang di dalamnya berisi artikel finansial dan cara mengatur keuangan.

Selain itu, langkah antisipasi juga dilakukan Tunaiku dengan memperketat proses verifikasi calon nasabah. Sebagai bagian dari Amar Bank, Tunaiku menerapkan sistem verifikasi memiliki standar seperti di perbankan. 

Abraham menjelaskan, calon nasabah yang ingin mengajukan peminjaman sebelumnya harus melalui prosedur tatp muka. "Umumnya tekfin P2P Lending itu verifikasi hanya pakai foto KTP, Tunaiku setidaknya harus tatap muka satu kali dengan calon nasabah," terang Abraham. 

Saat ini, jumlah nasabah Tunaiku sudah mencapai 170 ribu peminjam yang tersebar di 16 kota di Indonesia. Berusia antara 25-40 tahun, para nasabah Tunaiku umumnya memanfaatkan dana pinjaman untuk keperluan renovasi rumah, pendidikan dan kesehatan.

Menurut Abaham, sejak dikuncurkan pada 2014 silam, Tunaiku telah menyalurkan pinjaman Rp 1 triliun. Aplikasi digital kredit tanpa agunan (KTA) ini bertujuan  mempercepat inklusi keuangan dengan mempermudah akses masyarakat ke layanan perbankan.

"Tunaiku muncul karena penetrasi pasar yang sangat rendah. Kami melihat ada peluang dengan perkembangan internet yang pesat," ujar Abraham.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement