REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, Senin (25/3), melemah seiring meningkatnya kekhawatiran potensi resesi di Amerika Serikat (AS). Kurs rupiah sendiri pagi ini dibuka melemah 62 poin menjadi Rp 14.225 per dolar AS dibanding posisi sebelumnya Rp 14.163 per dolar AS.
Ekonom Samuel Aset Manajemen Lana Soelistianingsih di Jakarta, Senin, mengatakan pasar global dilanda kekhawatiran terhadap potensi resesi di AS yang semakin besar ketika imbal hasil obligasi pemerintah AS (US Treasury) 10 tahun menunjukkan kurva terbalik atau inverted pada perdagangan Jumat (22/3) lalu untuk pertama kalinya sejak 2007.
"Jika inverted berlanjut, potensi resesi meningkat, mestinya akan direspons The Fed dengan menurunkan suku bunga acuannya," ujar Lana.
Imbal hasil US Treasury 10 tahun turun 0,08 persen menjadi 2,455 persen, sedangkan untuk yang jangka pendek tiga bulan tercatat 2,46 persen. Inverted yield curve terjadi ketika imbal hasil obligasi jangka panjang lebih rendah dibandingkan imbal hasil obligasi yang pendek, sebagai indikasi risiko jangka pendek yang meningkat.
Lana memperkirakan, rupiah pada hari ini akan bergerak melemah menuju kisaran antara Rp 14.170 sampai Rp 14.180 per dolar AS dibanding penutupan akhir pekan lalu. Sementara itu, kurs tengah Bank Indonesia pada Senin menunjukkan, rupiah melemah menjadi Rp 14.223 per dolar AS dibanding hari sebelumnya di posisi Rp 14.157 per dolar AS.