REPUBLIKA.CO.ID, SRAGEN - Kementerian Perindustrian (Kemenperin) terus berupaya menumbuhkan wirausaha baru di Tanah Air, salah satunya melalui program ‘Santripreneur’. Menteri Perindustrian, Airlangga Hartarto, mengatakan, melalui program Santripreneur, santri masa kini dituntut untuk tidak hanya mendalami ilmu agama tetapi juga mampu berwirausaha.
Upaya konkret yang dilakukan pemerintah untuk mendorong jiwa wirausaha para santri, antara lain memfasilitasi dengan alat-alat produksi. Hal tersebut diungkapkan Airlangga saat mengunjungi Pondok Pesantren Darul Ihsan Muhammadiyah di Sragen, Jawa Tengah, Jumat (22/3) petang.
"Misalnya, di Pondok Pesantren Darul Ihsan Muhammadiyah Sragen ini, kami mengirimkan langsung mesin dan peralatan pembuat roti untuk dimanfaatkan para santri agar bisa produktif dan berwirausaha," ujar dia, seperti tertulis dalam siaran pers, Sabtu (23/3).
Kemenperin melalui Direktorat Jenderal Industri Kecil, Menengah dan Aneka (IKMA) memberikan sejumlah bantuan alat, berupa satu unit planetary mixer, satu unit spiral mixer (mesin pencampur adonan), satu unit proofer (mesin pengembang adonan), satu unit oven, satu unit mesin potong roti, satu unit lemari es, dan satu unit impulse sealer (alat perekat plastik).
Kemudian, dua unit meja stainless, 10 unit unit loyang pelengkap oven, satu unit hand mixer, satu unit penggiling adonan manual, satu unit tabung gas beserta regulator dan LPG, satu unit timbangan digital, serta satu unit rak bakery pan. Alat-alat tersebut sudah dikirim sejak bulan lalu.
Dalam kunjungan tersebut, Menperin memastikan bantuan yang diserahkan sudah sampai atau belum.
"Ternyata peralatan untuk membuat roti bukan saja sudah sampai tapi sudah dipakai untuk memproduksi roti. Kemenperin dengan senang hati membantu pondok pesantren dengan berbagai peralatan agar bisa semakin produktif menjalakan usahanya," paparnya.
Airlangga berharap dengan bantuan peralatan produksi roti tersebut, para santri dari Pondok Pesantren Darul Ihsan Muhammadiyah Sragen setelah lulus dari pesantren bisa menjadi ahli dalam bidang ilmu agama, sekaligus menjadi wirausaha yang andal.
"Jadi, belajar di pesantren, sambil menimba ilmu agama sekaligus sambil berlatih membuat roti, tentunya harus juga bisa menjualnya," ujarnya.
Menurut Menperin, pondok pesantren merupakan lembaga pendidikan berbasis keagamaan yang telah dikenal sebagai lembaga yang mandiri sekaligus ‘Agent of Development’ yang menjadi panutan dalam kehidupan masyarakat. Selain itu, pondok pesantren telah dikenal menjadi tempat untuk menempa para santri yang berakhlak dan berbudi pekerti luhur, ulet, jujur, serta pekerja keras.
Pondok pesantren juga memiliki potensi pemberdayaan ekonomi. Hal itu mengingat sudah banyak pondok pesantren yang mendirikan koperasi, mengembangkan berbagai unit bisnis atau industri berskala kecil dan menengah, dan memiliki inkubator bisnis.
Dia juga menegaskan, Kemenperin sudah memetakan kebutuhan di setiap pondok pesantren di masing-masing daerah, agar bantuan berupa alat produksi bisa dimanfaatkan secara optimal dalam jangkauan lebih luas. Contohnya, ada pesantren yang seluruh santrinya menggunakan sandal. Melihat peluang itu, Kemenperin akan memberikan bantuan berupa alat produksi membuat sandal.