Jumat 22 Mar 2019 17:34 WIB

INACA Tunggu Kebijakan Pemeirntah Soal Pesawat Boeing

INACA tidak intervensi keputusan maskapai terkait pemilihan tipe pesawat.

Rep: Adinda Pryanka / Red: Friska Yolanda
Ketum Indonesia National Air Carrier Association (INACA) yang juga Dirut Garuda Indonesia Ari Askhara Danadiputra (kedua kiri)
Foto: Antara/Reno Esnir
Ketum Indonesia National Air Carrier Association (INACA) yang juga Dirut Garuda Indonesia Ari Askhara Danadiputra (kedua kiri)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Asosiasi Perusahaan Penerbangan Nasional Indonesia (Indonesia National Air Carriers Association/INACA) memastikan akan bersifat netral dalam menghadapi permasalahan Boeing. Termasuk, mengenai pemesanan pesawat maupun pembatalan yang dilakukan maskapai. 

Menurut Ketua Umum INACA IGN Askhara Danadiputra atau akrab disapa Ari, pihaknya berkomitmen untuk menunggu dan mengikuti keputusan Kementerian Perhubungan (Kemenhub). Ia juga akan mengikuti perkembangan yang berdampak pada industri penerbangan domestik ini. 

Baca Juga

"Kami akan terus pantau," tuturnya saat dihubungi Republika.co.id, Jumat (22/3). 

Ari menjelaskan, INACA juga tidak akan melakukan intervensi terhadap keputusan maskapai. Khususnya dalam memilih tipe dan merek pesawat yang merupakan domain tiap perusahaan maskapai. Terpenting, INACA terus meminta kepada para anggota untuk memprioritaskan keselamatan dengan standar yang berlaku. 

Ari menambahkan, INACA juga selalu berupaya meningkatkan kualitas dan kemampuan para pilot dalam menggunakan jenis pesawat manapun, tidak terbatas pada Boeing. Salah satunya, melalui komunikasi dengan Direktorat Kelaikudaraan dan Pengoperasian Pesawat Udara (DKPPU). "Kami juga melakukan kerjasama dengan maskapai untuk peningkatan kapabilitas pilot," ucapnya. 

Sebelumnya, Kementerian Perhubungan (Kemenhub) menyampaikan, dua maskapai di Indonesia yang biasa menggunakan Boeing 737 MAX 8 sudah menentukan sikap terhadap penggunaan pesawat jenis tersebut. Dua maskapai itu adalah Garuda Indonesia dan Lion Air. 

Kepala Biro Komunikasi dan Informasi Publik Kemenhub Hengki Angkasawan menjelaskan, kedua maskapai tersebut menunda pengiriman pesawat jenis Boeing 737 MAX 8 yang sudah dipesan sebelumnya. Penundaan dilakukan sampai terdapat kejelasan terkait kecelakaan yang terjadi beberapa waktu terakhir.

Permasalahan Boeing muncul ketika pesawat Boeing 737 MAX 8 yang digunakan Lion Air PK-LPQ dalam penerbangan JT-610 jatuh di perairan Karawang, Oktober tahun lalu. Setelah itu, pada Ahad (10/3), pesawat Ethiopian Airlines 737 MAX 8 hilang kontak setelah beberapa menit mengudara. 

Dua hari setelah kejadian tersebut, Selasa (12/3), Cayman Airways dan Ethiopian Airlines mengumumkan keputusan untuk mengandangkan semua Boeing 737 MAX 8. Keputusan diambil tidak lama setelah keputusan Administrasi Penerbangan Sipil Cina menginstruksikan semua maskapai di negaranya untuk menghentikan operasional MAX 8.  Keputusan itu diikuti oleh sejumlah negara, termasuk Malaysia dan Hong Kong. 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement