REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani menilai, keputusan bank sentral Amerika Serikat The Fed untuk menahan suku bunga menggambarkan dua poin. Yakni, keputusan tersebut merupakan kebijakan yang bagus, di sisi lain menggambarkan fokus perhatian mereka terhadap pelemahan ekonomi.
Sri menuturkan, kebijakan The Fed memperlihatkan bahwa mereka fokus terhadap pelemahan ekonomi, baik di Amerika Serikat maupun seluruh dunia. Tapi, hal ini juga mengindikasikan bahwa tekanan yang terjadi sepanjang 2018 tidak akan kembali berlangsung pada tahun ini.
"Tekanan itu adalah kenaikan suku bunga empat kali," tuturnya ketika ditemui di Hotel Bidakara, Jakarta, Kamis (21/3).
Sri mengakui, lingkungan ekonomi global masih menjadi poin yang harus diwaspadai pada tahun ini. Apabila pertumbuhan ekonomi secara global sudah menunjukkan pelemahan, Indonesia harus dapat fokus pada faktor dalam negeri. Konsumsi dalam negeri dan investasi wajib ditingkatkan seiring dengan diversifikasi ekspor, baik dari segi produk maupun pasar.
Terlepas dari itu, Sri menilai, pertumbuhan ekonomi Indonesia masih akan mendapatkan momentum yang baik pada tahun ini. Hal tersebut terbukti dari kondisi awal tahun, di mana tingkat inflasi rendah. Bahkan, pada Januari, terjadi deflasi sebesar 0,08 persen yang salah satunya dikarenakan penurunan harga pangan.
Berkaca dari kondisi internal, Sri sudah memastikan kepada investor untuk tidak ragu menanamkan modal di Indonesia. Selain kondisi makro positif, kebijakan pemerintah yang responsif turut menambah suasana baik pada ekosistem ekonomi. Apalagi, neraca perdagangan pada Februari menunjukkan surplus.
Sri juga meminta kepada para investor untuk tidak menjadikan agenda pemilihan umum (pemilu) pada April menjadi sumber kecemasan. Indonesia sudah kerap menyelenggarakan pemilu yang diiringi dengan kondisi ekonomi tetap stabil. "Jadi, pemilu tidak perlu dikhawatirkan," katanya.
Pada Rabu (20/3) waktu AS, Bank Sentral Amerika Serikat, Federal Reserve (Fed) memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan. Kebijakan tersebut diambil dalam pertemuan The Fed yang berlangsung selama dua hari.
Untuk mendukung peningkatan jumlah lapangan kerja dan stabilitas harga, Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) memutuskan mempertahankan kisaran target untuk suku bunga Federal Fund Rate (FFR) pada 2,25 persen hingga 2,50 persen. Langkah ini sesuai dengan ekspektasi pasar yang turut mencerminkan pendekatan bank sentral secara sabar mengenai perubahan kebijakan moneter.
The Fed menjelaskan, FOMC terus melihat ekspansi berkelanjutan dari kegiatan ekonomi dan kondisi pasar tenaga kerja yang kuat. "Selain itu, inflasi mendekati target simetris 2,0 persen sebagai hasil yang paling mungkin," kata The Fed dalam pernyataannya.