REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Kementerian Pertanian (Kementan) terus memperkuat koordinasi untuk mendukung usaha perunggasan nasional yang sehat. Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementan I Ketut Diarmita mengatakan, peran Kementan dalam menyikapi kondisi perunggasan akhir-akhir ini, khususnya terkait upaya meningkatkan harga ayam di tingkat peternak, adalah dengan memastikan ketersediaan pakan.
“Pakan ini kan komponen utamanya jagung. Nah, kita pastikan ketersediaannya pada harga yang wajar,” kata I Ketut pada saat melakukan rapat koordinasi perunggasan yang dipimpin oleh Sekretaris Jenderal Kementan Syukur Iwantoro..
Rakor dihadiri oleh pejabat Kementan lainnya, yaitu Inspektorat Jenderal dan Ditjen Tanaman Pangan, serta dari perusahaan integrasi (integrator) dan perwakilan peternak mandiri. Di pertemuan selanjutnya, Kementan mengundang Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU), Bareskrim, dan Satgas Pangan untuk mengawal dan memastikan berjalannya usaha perunggasan nasional yang sehat.
“Kementerian Pertanian bersama stakeholder terus berkoordinasi untuk merumuskan langkah-langkah strategis menyelesaikan permasalahan perunggasan ini,” ujar I Ketut.
Mengenai harga pakan, sejalan dengan berlangsungnya panen raya jagung pada bulan Februari-Maret 2019, kondisi di lapangan menunjukkan harga pakan telah berangsur turun. Hal ini direspons dengan baik oleh perusahaan pakan ternak (feedmill).
Pemerintah pun terus menjembatani hasil panen jagung petani agar diserap oleh peternak. Apalagi, jagung untuk bahan pakan ternak merupakan komponen terbesar yang dibutuhkan oleh pabrik pakan skala besar (anggota Gabungan Perusahaan Makanan Ternak/GPMT), peternak ayam mandiri (self mixing), dan oleh pabrik pakan UMKM (termasuk pabrik pakan milik koperasi susu).
Menurut I Ketut, pakan sangat mempengaruhi efisiensi dalam budidaya ternak karena biaya budidaya ternak menempati porsi terbesar dari total biaya produksi , yakni 70 sampai 80 persen, sehingga pakan yang disediakan harus baik kualitasnya, cukup jumlahnya, dan harganya terjangkau.
Berdasarkan laporan dari beberapa pabrik pakan yang diterima oleh Kementan, pakan broiler harganya turun antara Rp 100 sampai Rp 300 dan pakan layer turun Rp 150 sampai Rp 300. “Kisaran harga pakan broiler saat ini Rp 6.700-Rp 7.300, sedangkan untuk pakan layer dari Rp 5.200 sampai Rp 6.200,” kata I Ketut.
Berdasarkan perhitungan, produksi pakan GPMT tahun 2018 sebesar 19,4 juta ton, sehingga dibutuhkan jagung 7, 8 juta ton. Adapun kebutuhan jagung peternak self mixing sekitar 3 juta (rata-rata 250 ribu ton per bulan). Perkiraan kebutuhan jagung sebagai bahan pakan ternak pada 2019 untuk GPMT adalah 8,28 juta ton dan untuk peternak mandiri sebesar 2,92 juta ton. Total kebutuhan sebesar 11,2 juta ton atau rata-rata 925 ribu ton/bulan.
Ketua GPMT Desianto berharap ada kontinuitas pasokan jagung, utamanya pada saat musim kemarau. “Hal itu untuk menjamin tidak terjadi penurunan stok jagung yang berpotensi mempengaruhi fluktuasi harga pakan,” ujar Desianto.