Rabu 13 Mar 2019 15:42 WIB

Menlu Thailand Bahas Harga Karet dengan Jokowi

Harga karet mentah global menunjukkan tren penurunan sejak lima tahun terakhir

Rep: Sapto Andika Candra/ Red: Nidia Zuraya
Jokowi berkunjung ke perkebunan karet. Presiden Jokowi berkunjung ke lahan perkebunan karet Balai Penelitian Perkebunan Karet Rakyat, Sembawa, Sumatra Selatan, Sabtu (9/3).
Foto: Republika/Sapto Andika Candra
Jokowi berkunjung ke perkebunan karet. Presiden Jokowi berkunjung ke lahan perkebunan karet Balai Penelitian Perkebunan Karet Rakyat, Sembawa, Sumatra Selatan, Sabtu (9/3).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Luar Negeri Thailand Don Pramudwinai mendatangi Istana Merdeka pada Rabu (13/3) siang tadi. Pramudwinai menemui Presiden Joko Widodo (Jokowi) mewakili Thailand sebagai Ketua ASEAN yang baru berdasarkan hasil KTT di Singapura pada 2018 lalu.

Ada sejumlah hal yang dibahas bersama Presiden Joko Widodo (Jokowi), salah satunya adalah isu anjloknya harga karet dalam beberapa tahun belakangan. Kedua negara sepakat untuk bekerja sama menaikkan harga karet yang masih terpuruk.

Baca Juga

"Presiden menyampaikan bahwa tidak ada pilihan lain bagi ketiga negara tersebut untuk memperkuat kerja sama agar harga karet tidak terus turun," jelas Menteri Luar Negeri Retno Marsudi usai mendampingi Presiden Jokowi menemui delegasi dari Thailand, Rabu (13/3).

Retno menyebutkan bahwa Indonesia menyadari posisinya sebagai salah satu produsen karet terbesar dunia, bersama Thailand dan Malaysia. Berdasarkan situasi ini, Indonesia dan kedua negara tersebut menyusun strategi untuk bersama-sama menaikkan harga karet dan menguntungkan petaninya.

Menyusul pertemuan yang diadakan hari ini di Istana, Retno menyebutkan bahwa Thailand menegaskan komitmennya untuk bersama Indonesia mendongkrak harga karet. "Tadi Menlu Thailand menyampaikan komitmennya mengenai kerja sama dalam konteks mencegah semakin menurunnya harga karet dunia," katanya.

Harga karet mentah memang menunjukkan tren penurunan sejak lima tahun belakangan, dari angka Rp 22 ribu per kilogram (kg) pada awal 2014 lalu, menjadi Rp 5 ribu hingga Rp 6 ribu per kg di awal 2019 ini. Jurus pertama yang dilakukan pemerintah adalah menggandeng Malaysia dan Thailand selaku produsen utama karet mentah selain Indonesia untuk bersepakat mengerem angka ekspor.

Pengurangan ekspor dipercaya bisa menaikkan permintaan di pasar dan otomatis mendongkrak harga karet mentah dunia. Akhirnya, ajakan pengurangan ekspor disambut oleh Malaysia dan Thailand. Pada Februari 2019 lalu, keriga negara sepakat mengurangi ekspor karet mentah sebanyak 200 ribu hingga 300 ribu metrik ton.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement