REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP) Kementerian Pertanian (Kementan) berupaya meningkatkan memampuan organisasi dan manajemen kelompok tani guna meningkatkan usaha tani. Pemanfaatan eksistensi digital akan dilakukan seiring dengan pemutakhiran inovasi teknologi pertanian.
“Penyuluh tetap dibutuhkan, tetapi pendekatannya harus dengan eksistensi digital,” kata Kepala Pusat Pelatihan Pertanian Kementan Bustanul Arifin kepada wartawan usai acara Bincang Asyik Seputar Pertanian (Bakpia), di Cinagara, Kabupaten Bogor, Selasa (12/3).
Dia menjelaskan, seiring dengan penyelenggaraan penyuluhan pertanian dari masa ke masa yang mengalami perubahan, sejak 1969 pemerintah melalui rencana pembangunan lima tahun (repelita) terus berkembang mengikuti zaman dan berlangsung hingga saat ini. Kementan melalui BPPSDMP, kata dia, melakukan pengawalan dan pendampingan terpadu kepada para penyuluh.
Bustanul menambahkan, pendampingan terpadu dilakukan mulai dari balai penyuluhan di tingkat kecamatan dengan pendekatan teknologi informasi. Dari pengembangan sistem informasi teknologi penyuluhan itulah, kata dia, komunikasi di tingkat petani di seluruh Indonesia dapat berlangsung interaktif.
“Penyuluh itu adalah garda depan yang langsung bicara dengan petani, maka kita harus bekali mereka dengan pemahaman cyber extension,” katanya.
Dia juga menambahkan, saat ini pemerintah mengalokasikan anggaran lebih ke tim sarana publikasi Kementan. Hal itu guna memperkenalkan program-program pertanian agar dapat dijangkau ke semua lapisan. Terlebih, pemerintah menargetkan 4.000 kelompok tani milenial dapat tercipta pada 2019 ini.