REPUBLIKA.CO.ID, PAMEKASAN – Upaya mengubah persepsi petani Madura untuk beralih dari jagung lokal ke jagung hibrida mulai membuahkan hasil. Di Pamekasan, hampir 90 persen petani telah menggunakan benih jagung hibrida untuk melakukan tanam swadaya maupun program pemerintah. Jagung hibrida diakui memiliki produktivitas tinggi, yakni mencapai 8 ton pipilan kering per hektare. Jauh di atas benih lokal yang hanya 2-3 ton pipilan kering per hektare.
Di sela acara tanam jagung perdana di Desa Larangan Luar, Kecamatan Larangan, Direktur Sayuran dan Tanaman Obat pada Direktorat Jenderal Hortikultura Kementerian Pertanian Mohamad Ismail Wahab pun menyampaikan apresiasinya kepada para petani di Pamekasan.
“Bayangkan, jika harga sekarang Rp 3.500 per kilogram pipilan kering, maka keuntungan petani bisa mencapai Rp 20 jutaan. Jagung ini mudah dijual ke peternak, gak usah pusing mikirin pasar,” kata Ismail.
“Bahkan di bulan Maret ini, petani akan tanam seluas 1.120 hektare dengan benih bantuan pemerintah,” sambung Ismail.
Senada dengan Ismail, Ketua Gapoktan Sejahtera Bersama Adi mengaku senang dengan adanya bantuan benih jagung hibrida. Menurut Adi, petani sangat terbantu dan senang dengan perhatian pemerintah. Harga juga stabil sampai sekarang.
“Bahkan pernah mencapai harga Rp 4.500 per kilogram pipilan kering. Jual jagung juga mudah, bisa ke pengepul atau jual langsung ke peternak,” ujar Adi.
Saat ini, pertanaman jagung di Pamekasan belum dapat dilakukan terus-menerus karena masih tergantung pada hujan. Saat masuk musim kemarau, kebanyakan petani menanam tembakau, namun di wilayah yang tersedia air, mereka bisa tanam jagung kembali.