Rabu 06 Mar 2019 17:53 WIB

WLS Utamakan Investor Domestik

WLS memiliki imbal hasil menarik yakni 7-8 persen baik bagi institusi maupun ritel.

Rep: Lida Puspaningtyas/ Red: Friska Yolanda
Penjualan sukuk (ilustrasi).
Foto: Republika/Wihdan Hidayat
Penjualan sukuk (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Waqf Linked Sukuk (WLS) mengutamakan pembelian dari investor domestik yang meliputi institusi dan ritel. Wakil Ketua Umum Badan Wakaf Indonesia (BWI), Imam Saptono menyampaikan saat ini penawaran fokus menyasar institusi.

Meski kedepannya, WLS juga akan ditawarkan pada segmen ritel atau individu. Menurut Imam, Indonesia masih butuh pembelajaran atau peningkatan literasi agar lebih familiar dengan instrumen-instrumen syariah, baik milik pemerintah maupun swasta.

Baca Juga

"Kita butuh learning curve karena tidak menutup kemungkinan ada penolakan," kata dia di Jakarta, Selasa (5/3).

Ia merujuk pada kontroversi pemotongan zakat secara otomatis bagi Aparatur Sipil Negara. Dari sisi regulasi ia menilai tidak ada yang salah namun ternyata tetap ada penolakan. Padahal instrumen zakat sudah sangat familiar di masyarakat.

Maka, BWI akan lebih berhati-hati dalam menyasar ritel untuk pemasaran dari instrumen inovasi ini. Ketua Forum Wakaf Produktif (FWP) Bobby Manulang mengatakan di ranah domestik, WLS menyasar sejumlah pihak potensial, seperti lembaga amil zakat korporat, hingga dana CRS BUMN.

"Kita akan coba prospek mereka, karena WLS ini kan diperuntukan bagi pembangunan sarana sosial pemerintahan juga," kata Bobby.

WLS memiliki imbal hasil menarik yakni 7-8 persen baik bagi institusi maupun ritel. Untuk skala instrumen pemerintah yang dijamin aman dan terjaga, imbal hasil tersebut kompetitif dibandingkan instrumen setaraf. 

Menurut Bobby, penawaran WLS juga merupakan pembelajaran bagi Indonesia. Masyarakat bisa lebih mengenal dan mendalami instrumen wakaf tidak hanya sebagai alat beribadah tapi juga instrumen investasi.

"Itu tidak apa-apa, di negara-negara lain wakaf produktif itu memang digunakan sebaik-baiknya untuk menciptakan kemanfaatan yang lebih besar, sehingga untungnya juga harus besar," kata Bobby.

Wakaf produktif menjadi komersil dalam arti yang baik. Mesir pada satu masa bisa menutupi defisit anggarannya dari dana ziswaf. Hal ini bisa terjadi karena pengumpulan dana sosial keagamaannya sudah kokoh.

Masyarakatnya sangat dekat dengan ziswaf sehingga dana umat tersebut sudah bisa bertransformasi dalam memperkuat struktur ekonomi negara. Dengan berbagai program pengembangan dan inovasi berkelanjutan masyarakat akan lebih terbiasa. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement