Senin 04 Mar 2019 16:56 WIB

Pemerintah Optimistis IA-CEPA Dorong Pertumbuhan Ekspor RI

Perjanjian IA-CEPA diharapkan bisa meningkatkan investasi Australia di Indonesia

Rep: Imas Damayanti/ Red: Nidia Zuraya
Menteri Perdagangan Indonesia Enggartiasto Lukita (kanan) bersama Menteri Perdagangan, Pariwisata, dan Investasi Australia Hon Simon Birmingham (kiri) saat memberikan keterangan pers terkait penandatanganan kerja sama dagang Indonesia-Australia Comprehensive Economic Partnership Agreement (IA-CEPA), di Jakarta, Senin (4/3).
Foto: Republika/Imas Damayanti
Menteri Perdagangan Indonesia Enggartiasto Lukita (kanan) bersama Menteri Perdagangan, Pariwisata, dan Investasi Australia Hon Simon Birmingham (kiri) saat memberikan keterangan pers terkait penandatanganan kerja sama dagang Indonesia-Australia Comprehensive Economic Partnership Agreement (IA-CEPA), di Jakarta, Senin (4/3).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Pemerintah Indonesia optimistis pertumbuhan ekspor ke Australia akan meningkat seiring ditekennya kerja sama Indonesia-Australia Comprehensive Economic Partnership Agreement (IK-CEPA) tahun ini. Sektor tekstil dan otomotif diproyeksi dinilai mampu menopang produktivitas ekspor Indonesia.

“Sebenarnya, semua sektor akan kita genjot pertumbuhan ekspornya, itu sudah pasti. Tapi di samping itu, peluang produk tekstil terlihat sudah sangat siap,” kata Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita kepada wartawan usai menandatangani perjanjian kerja sama IK-CEPA 2019, di Jakarta, Senin (4/3).

Baca Juga

Seiring dengan kesepakatan eliminasi Australia atas seluruh produk masuk Indonesia sebesar nol persen, pihaknya menargetkan produk ekspor Indonesia ke Australia di setiap sektor perdagangan dapat berkembang sebanyak-banyaknya. Menurutnya, momentum tersebut harus dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya di sektor produksi dalam negeri.

Terkait antisipasi produk impor Australia yang akan membanjiri Indonesia, Enggar menyebut produktivitas dan kualitas produk ekspor Indonesia juga akan berlaku serupa di Australia. Dia optimistis produk ekspor Indonesia dapat merambah pasar-pasar Australia dengan jangkauan harga yang relatif murah dan berdaya saing tinggi.

“Kalau dia (Australia) jual murah ke Indonesia, kita juga akan jual lebih murah lagi. Dengan demikian, ekspor kita pasti akan lebih meningkat sehingga menimbulkan suasana perdagangan yang kondusif,” katanya.

Menurutnya, beberapa produk Indonesia yang berpotensi ditingkatkan ekspornya ke Australia antara lain tekstil, karpet, lembaran polymersethylene, pipa penyaluran untuk migas, furnitur, produk otomotif, herbisida dan pestisida, dan produk-produk lainnya seputar elektronik dan permesinan.

Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Rosan P Roeslani mengatakan, Indonesia akan menengok potensi ekspor produk mobil elektrik pada tahun ini. Menurutnya, meski belum banyak produsen mobil elektrik di tingkat domestik, namun prospek bisnis ekspor sektor tersebut cukup menjanjikan.

“Ini (mobil elektrik) memang hal baru, tapi sedang kami perkuat sektor ini agar dapat memanfaatkan peluang pasar Australia yang bagus,” kata Rosan.

Kendati demikian, industri mobil elektrik belum memasang target ekspor dikarenakan belum seluruh industri dalam negerinya siap. Namun dia optimistis, pengusaha akan terus menggenjot potensi tersebut untuk dapat memanfaatkan peluang yang telah dibuka lewat IK-CEPA.

Di sisi lain, dia menyatakan, salah satu industri yang telah siap mematok target ekspor ke pasar Australia adalah sektor tekstil dengan target sebesar 20 persen. Menurutnya, meski Kadin tengah berfokus menggenjot sektor otomotif dan mobil elektrik, hal itu tak serta-merta mengesampingkan sektor ekspor normatif Indonesia.

“Yang normatif tetap ada, seperti tekstil, alas kaki, ban, dan furnitur akan tetap kami tingkatkan juga,” katanya.

Dengan adanya perjanjian IA-CEPA, pihaknya berharap peningkatan kerja sama dagang dapat mengalami peningkatan sebesar 17-18 persen per tahunnya. Selain itu, kata dia, jumlah investasi Australia ke Indonesia juga dapat meningkat dari jumlah investasi sebelumnya yang mencapai 600 juta dolar AS.

Menurutnya, peningkatan investasi diharapkan tidak hanya ada di sektor pertambangan dan perbankan, melainkan dapat mencakup investasi di bidang kesehatan dan pendidikan guna memacu keterbukaan sumber daya.

“Kita berharap ada transfer teknologi dan edukasi juga dari kerja sama ini yang dapat ditingkatkan,” katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement