Jumat 01 Mar 2019 08:46 WIB

Harga Minyak Brent Turun Usai Pertemuan AS-Cina

Harga minyak mentah juga terseret oleh berita produksi minyak AS.

Ilustrasi Kilang Minyak
Foto: Foto : MgRol112
Ilustrasi Kilang Minyak

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Minyak mentah Brent turun sementara minyak mentah berjangka AS naik pada akhir perdagangan Kamis (28/2), karena ketegangan perdagangan AS-Cina berlanjut. Perlambatan juga didorong ekonomi Cina dan India dilaporkan menunjukkan tanda-tanda perlambatan serta berita melonjaknya produksi AS melemahkan pembatasan produksi yang dipimpin OPEC.

Patokan global minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman April mengakhiri sesi perdagangan dengan turun 36 sen AS atau 0,5 persen, menjadi 66,03 dolar AS per barel. Kontrak Brent Mei yang lebih aktif turun 27 sen AS atau 0,4 persen, menjadi 66,31 dolar AS per barel.

Sementara itu, minyak mentah AS, West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman April naik 28 sen AS atau 0,5 persen, menjadi menetap di 57,22 dolar AS per barel. Untuk Februari, minyak mentah AS naik 6,4 persen sementara minyak mentah Brent naik 6,6 persen.

Harga-harga telah meningkat sejak Januari didorong oleh pemotongan pasokan dari Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutunya seperti Rusia. Aktivitas pabrik di Cina, importir minyak terbesar di dunia, menyusut untuk bulan ketiga berturut-turut pada Februari karena pesanan ekspor turun pada laju tercepat sejak krisis keuangan satu dekade lalu.

Ekonomi India kehilangan momentum pada kuartal terakhir 2018, mengurangi tingkat pertumbuhan tahunan menjadi 6,6 persen. Ini merupakan laju paling lambat dalam lima kuartal dan jauh lebih rendah dari yang diperkirakan.

"Kompleks energi akan membutuhkan bantuan besar dari tren naik terbaru di ekuitas dan/atau beberapa pelemahan berkelanjutan dalam dolar AS sehingga WTI dapat terangkat jauh di atas angka 58 dolar AS," Jim Ritterbusch, presiden Ritterbusch and Associates, mengatakan dalam sebuah catatan.

Sebuah survei Reuters terhadap 36 ekonom dan analis mengindikasikan pesimisme yang meningkat tentang prospek kenaikan harga yang signifikan tahun ini. Diperkirakan Brent akan mencapai rata-rata 66,44 dolar AS pada 2019, sedikit lebih rendah dari perkiraan Januari.

"Dalam jangka pendek, pasar minyak akan ditandai dengan ketatnya pasokan di pasar internasional," kata Edward Bell dari Emirates NBD.

Presiden AS Donald Trump pada Kamis (28/2) memperingatkan bahwa dia bisa meninggalkan perjanjian perdagangan dengan Cina jika itu tidak cukup baik, bahkan ketika penasihat ekonominya memuji kemajuan "fantastis" menuju kesepakatan untuk mengakhiri perselisihan dengan negara Asia itu. Amerika Serikat dan Cina telah memberlakukan tarif saling berbalas untuk barang-barang satu sama lain senilai ratusan miliar dolar AS, sehingga mengguncang pasar keuangan.

Harga minyak mentah juga terseret oleh berita bahwa produksi minyak AS melonjak lebih dari 2,0 juta barel per hari (bph) dalam satu tahun terakhir ke rekor 12,1 juta barel per hari pekan lalu. Produksi di Texas naik 35.000 barel per hari pada Desember dan di Dakota Utara sebesar 18.000 barel per hari, data bulanan menunjukkan pada Kamis (28/2).

Impor AS dari Arab Saudi dan Venezuela ke AS turun tajam, membantu menurunkan cadangan minyak mentah komersial AS sebesar 8,6 juta barel minggu lalu. Departemen Energi AS mengatakan pada Kamis (28/2) bahwa pihaknya menawarkan hingga 6 juta barel minyak mentah sweet dari cadangan darurat nasional dalam penjualan yang diamanatkan oleh undang-undang sebelumnya untuk mengumpulkan dana guna memodernisasi fasilitas.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement