REPUBLIKA.CO.ID, DEMAK -- Menteri Perindustrian Airlangga Hartato mengatakan, industri tekstil dan produk tekstil (TPT) berorientasi ekspor sebab mampu menunjukkan pertumbuhan sebesar 8,73 persen pada 2018. Pertumbuhan ini melampaui pertumbuhan ekonomi nasional sekitar 5,17 persen.
Pihaknya optimistis, momentum perang dagang antara Amerika Serikat dan Cina dapat membuka peluang bagi industri manufaktur di Indonesia. Dia mencontohkan, industri TPT di Jawa Tengah dapat meningkatkan kapasitas produksinya untuk mengisi pasar ke dua negara tersebut.
“Untuk membantu meningkatkan hal itu, kami juga membangun dua uni pendidikan vokasi di Jawa Tengah,” katanya dalam keterangan pers yang diterima, Kamis (28/2).
Berdasarkan data Kementerian Perindustrian, industri TPT di Jawa Tengah telah menyerap tenaga kerja sebanyak 3,58 juta orang atau 21,2 persen dari total tenaga kerja di sektor manufaktur. Di sepanjang 2018, ekspor TPT nasional diproyeksi mencapai 13,28 miliar dolar AS atau naik 5,6 persen dibanding periode yang sama pada tahun sebelumnya.
Di sisi lain dia menilai, potensi sektor lainnya di Jawa Tengah adalah industri furnitur yang mampu menyumbang hingga 57 persen dari total ekspor furnitur nasional. Dengan target peningkatan ekspor nasional mencapai lima miliar dolar AS, kata dia, diperkirakan tenaga kerja sektor industri furnitur di Jawa Tengah dapat meningkat.
“Dalam dua tahun ke depan, kita berharap sebanyak 101.346 tenaga kerja dapat terserap di sektor industri ini,” katanya.