REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Chairman Supply Chain Indonesia (SCI) Setijadi mengharapakan aspek logistik diharapkan menjadi salah satu paparan dari kedua calon presiden yakni Joko Widodo dan Prabowo Subianto pada debat pemilihan presiden (pilpres) malam ini (17/2). Sebab, sektor logistik tidak masuk ke dalam tema debat yang dikeluarkan Komisi Pemilihan Umum (KPU).
Padahal, menurut Setijadi peranan sektor logistik penting dan permasalahannya cukup kompleks. “Tinjauan dari aspek logistik sangat relevan dalam topik-topik debat, terutama debat kedua dan kelima,” kata Setijadi, Ahad (17/2).
Setijadi menjelaskan topik-topik yang sangat relevan dengan logistik yaitu energi dan pangan, serta infrastruktur. Hal tersebut dapat dilihat dari bagaimana strategi kedua calon presiden tersebut dalam mengembangkan sektor logistik untuk mengatasi persoalan pasokan dan pemerataan ketersediaan energi dan pangan.
Dalam sejumlah kasus, kata Setijadi, kebutuhan barang pokok, masalah kelangkaan, harga mahal, dan fluktuasi harga terjadi bukan karena masalah produksi. “Tetapi ini karena masalah transportasi dan distribusi sebagai bagian dari sistem logistik,” jelas Setijadi.
Selain itu, Setijadi menuturkan topik infrastruktur juga sangat terkait dengan logistik. Dalam permasalahan tersebut menurutnya kedua calon presiden harus menjelaskan bagaimana hasil-hasil pembangunan infrastruktur dapat bermanfaat secara optimal untuk meningkatkan konektivitas antarwilayah.
Dengan kondisi Indonesia sebagai negara kepulauan, Setijadi menilai tantangan konektivitas adalah sistem transportasi multimoda yang belum efektif. “Bahkan pengangkutan barang masih didominasi lebih dari 90 persen oleh moda transportasi jalan yang mahal,” ujar Setijadi.
Dia menegaskan pada dasarnya peranan sektor logistik sangat penting sebagai pendukung pertumbuhan ekonomi serta unsur pembentuk konektivitas untuk daya saing nasional dan kesejahteraan rakyat. Peningkatan daya saing tersebut menurut Setijadi semakin penting bagi Indonesia dalam globalisasi, termasuk Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA).
Di sisi lain, kata dia, perbaikan dan pengembangan sektor logistik sulit karena bersifat multisektoral. “Indi diperlukan perencanaan, implementasi, dan pengendalian secara sistemik, sistematis, dan terintegrasi mulai dari infrastruktur, regulasi, birokrasi, teknologi informasi, SDM, dan lainnya,” ungkap Setijadi.