Selasa 12 Feb 2019 07:51 WIB

Jasa Marga Ungkap Perubahan Rute Cigatas

Peralihan rute untuk mengembangkan wilayah yang jauh dari jalan nasional.

Proyek pembangunan jalan tol  (ilustrasi).
Foto: Antara
Proyek pembangunan jalan tol (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Jasa Marga mengubah rute program jalan tol Cileunyi-Garut-Tasikmalaya (Cigatas) menjadi Gedebage-Tasikmalaya-Cilacap. Sejumlah hal mendasari perubahan rute tersebut.

"Sebetulnya sama, hanya memang rutenya ada penyesuaian karena terkait masalah kondisi kontur medan dari lokasi tersebut sehingga kita perlu ada penyesuaian," ujar Direktur Pengembangan Jasa Marga Adrian Priyohutomo di Jakarta, Senin (11/2).

Faktor kedua adalah rute program tol tersebut diarahkan untuk tidak semua dekat dengan jalan nasional. Sehingga, perseroan berencana membawa rute tersebut ke selatan dimana agak lebih menjauh dari posisi jalan nasional.

"Kenapa kita lakukan? Karena untuk pengembangan wilayah selatan agar lebih berkembang lagi, jangan hanya terkonsentrasi di jalan nasional. Itu yang diharapkan oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat," tuturnya dalam konferensi pers.

Baca juga, Kertajati-Patimban-Cirebon Bakal jadi Pusat Industri Padat

Rencananya arah rute program tol Gedebage-Tasikmalaya-Cilacap ini akan melalui Gedebage, Majalaya, kemudian Garut lalu menuju Tasikmalaya. Lanjut lagi nanti pada seksi berikutnya dari Tasikmalaya sampai dengan Cilacap. 

"Kita masuk ke selatan Jawa, karena wilayah utara sudah tersambung (Tol Trans Jawa)," kata Adrian.

Program ruas tol Gedebage-Tasikmalaya-Cilacap akan dibagi menjadi dua tahap. Tahap pertama, diperkirakan biaya konstruksinya mencapai Rp 30,2  triliun. Untuk totalnya, program tol ini diperkirakan bisa mencapai Rp 53,5 triliun hingga ke Cilacap.

"Memang terkait ruas tol ini masih terdapat beberapa kajian, mengingat ada beberapa rute yang direncanakan akan dibangun terowongan. Kami berusaha menghindari hal tersebut, karena pembangunan terowongan membutuhkan biaya investasi yang cukup tinggi sehingga kami sedang mencari jalur guna menghindari hal tersebut," katanya.

Sebelumnya pengamat ekonomi Eko Listiyanto dari Institute for Development of Economics and Finance (Indef) mengungkapkan medan pegunungan yang berat kemungkinan menjadi salah satu faktor yang membuat biaya pembangunan infrastruktur di jalur selatan Jawa Barat relatif mahal. Namun ia menilai kendati pembangunan tol di jalur selatan Jawa Barat mahal, hal itu harus dilakukan demi mendorong perekonomian di wilayah tersebut.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement