Senin 11 Feb 2019 23:31 WIB

Low Season, Pelaku Usaha Penerbangan Diminta Optimistis

Pola menegaskan menurunnya jumah penumpang terjadi setiap tahun

Rep: Rahayu Subekti/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Ketua KNKT, Soerjanto Tjahjono (kiri), Dirjen Perhubungan Udara Kementrian Perhubungan, Polana B Pramesti (tengah), memberikan keterangan saat  konferensi pers di Kementrian Perhubungan, Jakarta, Senin (12/11).
Foto: Republika/Iman Firmansyah
Ketua KNKT, Soerjanto Tjahjono (kiri), Dirjen Perhubungan Udara Kementrian Perhubungan, Polana B Pramesti (tengah), memberikan keterangan saat konferensi pers di Kementrian Perhubungan, Jakarta, Senin (12/11).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sejak Januari hingga memasuki Febriari 2019, maskapai penerbangan mulai menghadapai kondisi low season. Dirjen Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan (Kemenhub) Polana B Pramesti menilai semua pelaku usaha peneebangan harus optimistis. 

Polana mengakui siklus-siklus bisnis yang ada di penerbangan seperti low season dan peak season akan terjadi. "Low season biasanya terjadi di pertengahan januari  sampai bulan Febuari," kata Polana, Senin (11/2). 

Baca Juga

Memasuki low season seperti itu, Polana mengatakan penumpang pesawat didominasi oleh pebisnis dan pekerja. Sementara itu, Polana menilai penumpang pesawat dengan  keperluan untuk berlibur atau wisata menurun.

Sedangkan peak season, Polana mengatakan biasanya terjadi pada pertengahan tahun, saat liburan sekolah, serta natal dan tahun baru. Selain itu, puncak peak season yang khusus terjadi di Indonesia yaitu libur Lebaran. 

Untuk itu, Polana menegaskan menurunnya penumpang hampir terjadi setiap tahun. "Memang kondisi low season yang merupakan siklus tahunan yaitu Januari, Februari. Lalu Maret baru mengalami peningkatan,” ujar Polana.

Ditjen Perhubungan Udara Kemenhub mencatat pada 2016 saat Januari jumlah penumpang 6,7 juta orang,  Februari 6,4 juta orang, Juli 8,7 juta orang, dan Desember 8,4 juta orang. Sementara itu pada 2017, saat Januari jumlah penumpang 7,7 juta orang, Februari 6,5 juta orang, Juli 9,5 juta orang, dan Desember 9,0 juta orang. Selanjutnya pada 2018, saat Januari jumlah penumpang 8,3 juta orang,  Februari 7,5 juta orang, Juli 9,7 juta orang, dan Desember 8,1 juta orang. 

"Jadi saya mengajak semua stakeholder untuk optimistis memandang bisnis penerbangan tahun ini akan terus tumbuh dan berkembang. Dan yang paling penting, harus tetap mengutamakan keselamatan, keamanan, pelayanan dan patuh terhadap aturan-aturan penerbangan yang berlaku," jelas Polana.

Menurut Polana, sebagai bagian dari pola transportasi nasional, penerbangan merupakan salah satu pemacu dan pertumbuhan ekonomi suatu bangsa. Dengan berkembangnya penerbangan, Polana menilai akan menjadi pemacu tumbuh kembangnya perekonomian.

Dia menegaskan dunia internasional mengakui penerbangan menjadi salah satu pemacu pertumbuhan dan perkembangan ekonomi. "Penerbangan sebagai salah satu moda transportasi adalah urat nadi perekonomian suatu bangsa," tutur Polana.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement