REPUBLIKA.CO.ID, BANYUASIN -- Kementerian Pertanian (Kementan) berupaya agar penggunaan alat dan mesin pertanian (Alsintan) khususnya excavator untuk optimalisasi lahan rawa lebak dan pasang surut menjadi lahan sawah produktif di Sumatra Selatan, dimanfaatkan secara intensif.
Direktur Alsintan, Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian, Kementan, Andi Nur Alam Syah mengatakan, Kementan telah menyalurkan bantuan excavator sebanyak 69 unit di Provinsi Sumsel. Berdasarkan pantauan, bantuan tersebut bekerja optimal untuk pengerukan saluran irigasi yang mengalami pendangkalan, pembuatan jalan usaha tani dan optimasi lahan rawa lebak dan lahan rawa pasang surut.
"Pemantauan ini sesuai arahan Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman. Alsintan dan Excavator harus bekerja optimal sehingga lahan rawa menjadi lahan sawah produktif. Dengan demikian, produksi pangan khususnya beras nantinya kita berdaulat dan kesejahteraan petani meningkat. Bahkan dari lahan rawa kita bisa mencukupi pangan dunia," kata Nur Alam.
Kepala Desa Talang Rejo, Kecamatan Muara Talang, Banyuasin, Sumsel, Hendrik Kuswoyo menjelaskan, excavator memberikan hasil dan nilai tambah yang begitu besar bagi pertanian dan petani itu sendiri. Satu unit excavator dapat mengerjakan long storage sepanjang 20 km dengan lebar 2,5 m. Hal itu dapat mengairi sawah seluas 1.800 hektare dengan indeks pertanaman (IP) 200, yakni menanam padi dua kali setahun.
"Produktivitas padi yang tadinya 8,5 ton menjadi 13 ton per hektare untuk dua musim tanam. Jadi ada selisih 5 ton per hektare," ujar Hendrik.
Menurut Hendrik, sebanyak 5 ton gabah per hektare tersebut, nilainya mencapai Rp 20 juta. Dengan demikian, dari total lahan 1.800 hektare, menghasilkan tambahan pendapatan bagi petani mencapai Rp 36 miliar.
"Tambahan pendapatan ini untuk dua musim tanam" tuturnya.
Hendrik menambahkan, dalam pengerjaan optimalisasi lahan rawa menjadi lahan sawah produktif ini, pemerintah desa memanfaatkan dana desa untuk biaya BBM dan operator. Total dana desa mencapai Rp 800 juta, namun digunakan untuk membuat long storage sepanjang 20 km dengan lebar 2,5 m hanya Rp 270 juta.
"Namun, dengan adanya bantuan excavator, pengerjaan ini bisa dilakukan hanya butuh waktu 2 bulan saja. Tapi kalau tidak ada excavator bisa 5 tahun," jelasnya.
Kemudian, sambung Hendrik, jika tidak ada excavator, pengerjaan long storage tersebut juga membutuhkan dana Rp 900 juta untuk sewa alat dan bahan bakar minyak Rp 160 juta. Belum lagi biaya operator, per meternya Rp 3 juta sehingga totalnya biaya operator untuk long storage sepanjang 20 km itu sebanyak Rp 60 juta.
"Jadi, jika tanpa bantuan excavator ini, total biaya yang dibutuhkan untuk sewa excavator dan biaya operasional untuk pembuatan long storage sepanjang 20 km dan lebar 2,5 meter sekitar Rp 3,5 miliar," pungkasnya.