Jumat 08 Feb 2019 22:48 WIB

Kementan Optimistis Durian Lokal Bersaing di Pasar Ekspor

Durian lokal menembus pasar manca negara seperti Hongkong, China, dan Malaysia

Red: EH Ismail
Direktur Jenderal Hortikultura Kementan, Suwandi dalam acara panen dan pesta durian bersama durian mania di Trawas, Mojokerto, Jawa Timur, Jumat (8/2).
Direktur Jenderal Hortikultura Kementan, Suwandi dalam acara panen dan pesta durian bersama durian mania di Trawas, Mojokerto, Jawa Timur, Jumat (8/2).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Pertanian (Kementan) optimistis durian lokal mampu bersaing dengan durian negara lainnya di pasar ekspor. Hal itu berdasarkan data BPS yang menyebutkan sebelum neraca perdagangan durian defisit, pada 2018 Indonesia sudah surplus 700 ton, sehingga ekspornya jauh lebih banyak dari pada impor.

”Durian lokal sudah tembus ke pasar manca negara seperti Hongkong, China, Malaysia, Vietnam, Timur Tengah dan lainnya. Bahkan ekspornya semakin meningkat,” kata Direktur Jenderal Hortikultura Kementan, Suwandi dalam acara panen dan pesta durian bersama durian mania di Trawas, Mojokerto, Jawa Timur, Jumat (8/2).

Menurut Suwandi, indikator lainnya durian lokal akan semakin bersaing di pasar ekspor adalah durian mania yang tergabung dalam Yayasan Durian Nunsantara. Mereka berkumpul untuk membahas upaya-upaya mengembangkan buah durian lokal yang tersebar di seluruh pelosok negeri. Berbagai jenis durian lokal antara lain durian Bido, Matahari, D 168, Bawor, Pelangi, Srombut, Petruk, Pelangi, Madu Racun, Bangau dan jenis lainnya.

“Kami harapkan, melalui acara ini, para durian mania yang tergabung di Yayasan Durian Nusantara dapat mengelola durian lokal dengan baik sehingga berkelas dan bersaing dengan durian negara lain,” ujarnya.

Lebih lanjut Suwandi menjelaskan, langkah nyata dalam mengelola durian lokal agar kualitasnya bersaing dengan durian negara lain yakni di setiap daerah harus memiliki durian khas setempat sebagai ikon dan dikelola secara profesional. Daerah harus membangun kebun durian percontohan dan mampu memasok ke supermarket maupun ekspor.

“Contohnya kebun durian bisa dikemas secara rapih dan dapat dijadikan sebagai objek dan daya tarik wisata seperti yang sukses di Warso Farm Cijeruk Bogor dan salah satu anggota Yayasan Durian Nusantara, Pak Tirto Santoso memiliki kebun durian 10 hektar di Trawas, sebagai objek wisata,” jelasnya.

Ia berharap, Yayasan Durian Nusantara terus meningkatkan kinerjanya dan menjadi barometer bagi perkembangan durian nusantara. Berbagai pengalaman yang dimiliki anggota yayasan ini disebarluaskan ke masyarakat sekitar.

Sementara itu Direktur Yayasan Durian Nusantara, Muhamad Reza Tirtawinata mengatakan, Indonesia memiliki potensi durian lokal yang luar biasa, sedikitnya ada 13 jenis. Di antaranya yang favorit adalah durian Pelangi dari Manokwari, Super Tembaga dari Bangka, Srombut, Tembaga Mini dan Tigger Borneo 88 dari Kalbar, Sunrise of jawa durian merah dari Banyuwangi, Matahari dari Bogor, Gundulan dan Sipakem dari Narmada, NTB

"Ada beberapa tipe pengelolaan di antaranya dikelola karena hobby, keperluan riset, maupun komersial baik skala kecil maupun estate atau orchad," katanya.

Sebagai ilustrasi, sebut Reza, untuk analisis pola top working pohon durian bagi 100 pohon pada lahan satu hektar, dimana pada tahun 1 sampai 2 tanaman vegetatif belum menghasikan, sedangkan tahun ketiga sudah menghasilkan 10 kg perpohon senilai Rp 40 juta pertahun. Selanjutnya setiap meningkat pada tahun kelima 80 kg perpohon senilai 320 juta dan tahun kedelapan sudah menghasilkan Rp 800 juta.

"Bila Thailand dikenal durian Chanee, Montong dan Kan Yao, Malaysia dikenal durian D24, Musangking dan ke depan favorit Ochee, maka Indonesia favorit dengan durian Petruk, Matahari dan kedepan favorit durian Pelangi," kata Reza.

Salah satu pekebun durian, Tirto Santoso mengatakan, hingga saat ini telah mengembangkan berbagai durian lokal dan Montong sejak 20 tahun yang lalu pada lahan ketinggian 650 m dpl. Mereka juga menanam durian jenis Musangking, Ochee dan D24 sudah berumur 6 tahun, hasilnya bagus dan terserap oleh pasar dan mitra.

"Harga pun kompetitif kelas supermarket. Misal Ochee Rp 300 ribu perkg, Musangking Rp 200 ribu perkg dan Matahari Rp 90 ribu perkg," jelas Tirto, pemilik kebun duren seluas 10 hektar di Desa Belik, Kecamatan Trawas Kabupaten Mojokerto.

Pemerhati durian nusantara dari Jayapura, Karim Aristides mengapresiasi semakin banyaknya kebun-kebun durian lokal. Kebun durian tersebar di Kalbar, Kaltim, Kaltara, Babel, Lampung, dan daerah lainnya.

"Saya sangat bangga, Indonesia perkembangan budidaya atau kebun durian begitu banyak di daerah. Durian lokal pun punya kualiatas yang bagus," ucapnya.

Director General Taipei Economic and Trade Office dari Taiwan, Benson D.S. Lin menuturkan pihaknya saat ini tengah menjajaki kerjasama bisnis buah dan sayuran dengan Indonesia.

Seberapa tertarik Kamu untuk membeli mobil listrik?

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement