REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) atau yang dikenal sebagai sukuk merupakan instrumen untuk mendapatkan dana bagi pemerintah. Bagi masyarakat, sukuk menjadi alat investasi yang aman dan dijamin negara dengan risiko default nol.
Sukuk menggunakan skema syariah sehingga menjadi pilihan tepat bagi mereka yang memiliki preferensi investasi sesuai dengan ajaran Islam. Meski demikian, sukuk tidak hanya untuk Muslim karena ia memiliki keistimewaan yang menyebabkan terjaminnya dana.
Anggota Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia (DSN MUI), Gunawan Yasni mengatakan skema sukuk mengharuskan keberadaan aset fisik yang menjadi jaminan atau biasa disebut underlying asset. Aset harus sudah ada, tidak boleh dalam bentuk proyek yang belum jadi, juga tidak boleh menjadi underlying untuk beberapa sukuk secara bersamaan.
"Nilai sukuk yang dikeluarkan juga tidak boleh lebih dari nilai underlying asset-nya," katanya saat peluncuran Sukuk Tabungan seri ST-003 di Bunga Rampai, Menteng, Jakarta, Jumat (1/2).
Bahkan, pemerintah menyiapkan aset dengan nilai yang jauh lebih besar dari target pencapaian sukuk. Sehingga risiko gagal bayarnya sangat kecil bahkan hampir nol. Dengan underlying yang jelas maka skema syariah untuk surat utang menjadi lebih aman.
Selain itu, skema syariah juga mengharuskan tujuan pembiayaan yang jelas atas dana yang diperoleh dari sukuk. Direktur Keuangan Syariah Kementerian Keuangan, Dwi Irianti Hadiningdyah mengatakan underlying asset ST-003 adalah Barang Milik Negara dan Proyek APBN tahun 2019.
Sementara peruntukan dana sukuknya untuk infrastruktur dan beragam proyek sosial pemerintah. "Kita ada banyak sekali infrastruktur yang sudah dibangun dengan sukuk, salah satu yang terdekat itu jalur rel ganda Bekasi-Manggarai," kata dia pada kesempatan yang sama.
Pemerintah memiliki kumpulan proyek besar yang digabungkan dan secara khusus akan didanai dari sukuk. Kumpulan proyek ini harus memenuhi syarat-syarat syariah. Dwi mencontohkan beberapa yang sudah dibangun seperti bangunan kampus dengan peralatan canggih di delapan kampus, gedung kuliah, laboratorium, madrasah, infrastruktur irigasi, jalan di perbatasan Entikong, rel kereta, hingga yang terbaru adalah jalan Trans Sumatera.
Dwi optimis nilai pendapatan dari sukuk akan semakin besar dengan banyaknya jumlah aset yang akan dimiliki pemerintah. Selain itu, animo masyarakat pada produk syariah pun meningkat. Saat ST-002 lalu, penawaran oversubscribe dari target Rp 1 triliun menjadi Rp 4,9 triliun.
"Sebanyak 46 persennya berasal dari kalangan milenial, bahkan ada generasi Z yang usianya rata-rata 19 tahun," kata dia. Selain preferensi syariah, sukuk negara juga dinilai menarik karena tingkat imbal hasil kompetitif. ST-003 memiliki tingkat imbal hasil mengambang dengan batas bawah 8,15 persen.