Jumat 01 Feb 2019 05:53 WIB

Lego Siap Buka 80 Toko Lagi di Cina

Lego berencana memiliki 140 toko di 30 kota di Cina.

Rep: Melisa Riska Putri/ Red: Gita Amanda
Permainan menyusun balok Lego.
Foto: EPA
Permainan menyusun balok Lego.

REPUBLIKA.CO.ID, NUREMBERG -- Pembuat mainan asal Denmark, Lego berencana menggandakan jumlah tokonya di Cina tahun ini menjadi 140. Ini menjadi ekspansi paling cepat di pasar manapun karena permintaan "batu bata" plastik warna warni tersebut tidak terpengaruh perlambatan ekonomi yang meluas.

Lego berencana memiliki 140 toko di 30 kota di Cina akhir tahun ini. Itu artinya ada peningkatan lebih dari 100 persen dari jumlah toko saat ini sebanyak 60 unit. Sebagian besar dioperasikan oleh mitra lokal.

Dengan penurunan atau stagnasi penjualan di pasar Amerika Serikat (AS) dan Eropa Barat, Cina masih menjadi titik terang bagi Lego. Meski, peniru tetap menjadi masalah yang dihadapi.

"Saya tidak benar-benar melihat stagnasi (di pasar maninan Cina) saat ini," ujar CEO Niels B. Christiansen seperti dilansir Reuters.

Cina melaporkan pertumbuhan ekonomi paling lambat dalam 28 tahun pada 2018. Perang dagang dengan AS dan meningkatnya jumlah utang pribadi telah menambah kekhawatiran tentang perlambatan ekonomi terbesar kedua di dunia.

Pasar mainan dan game Cina bernilai 31 miliar dolar AS, menyumbang kurang dari 10 persen dari keseluruhan penjualan Lego. Pasar pun tumbuh dan membuat Lego membuka pabrik di selatan hanghai pada 2016. Para orang tua Cina juga mulai bergeser dari fokus disiplin belajar menuju permainan bebas.

"Sembilan puluh lima persen orang tua Cina ingin anak-anak bermain lebih banyak dan mereka tertarik untuk memberi mainan berkualitas tinggi," kata dia.

Lego, singkatan dari Leg Godt atau yang dalam bahasa Denmar berarti Bermain Baik, berencana membuka toko ketiganya di Beijing pada Maret. Lego juga tetap akan melanjutkan kemitraan dengan raksasa internet Cina Tencent.

Produsen mainan swasta ini telah beberapa kali berhasil meningkatkan upayanya untuk memerangi pelanggaran hak cipta di negara itu. Tetapi pelaku tetap merajalela meskipun pemerintah mengumumkan pelarangan.

"Jelas bahwa ambisi Cina adalah untuk melakukan sesuatu tentang masalah ini, tetapi kami belum benar-benar melihat implikasinya.," katanya

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement