Rabu 30 Jan 2019 11:19 WIB

Fokus ke Pasar Domestik, Fintech Ovo Sasar Daerah Terpencil

Infrastruktur menjadi kendala mengembangkan layanan keuangan digital di Indonesia

Rep: Iit Septyaningsih/ Red: Nidia Zuraya
Membayar Grab dengan OVO.
Foto: Grab
Membayar Grab dengan OVO.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Layanan financial technology (fintech) pembayaran Ovo menyatakan ingin berekspansi ke luar negeri. Hanya saja, saat ini perusahaan masih akan fokus menggarap pasar dalam negeri.

"Kita mau ke luar negeri. Hanya, PR (Pekerjaan Rumah) di sini masih banyak," ujar Director Ovo Johnny Widodo di Jakarta, Selasa (29/1).

Menurutnya, Ovo harus membantu inklusi keuangan di Indonesia dahulu sebelum mengembangkan bisnis ke mancanegara. Di antaranya dengan masuk ke berbagai remote area atau daerah terpencil di Tanah Air.

"Jadi potensi yang bisa digarap di Indonesia masih besar. Hanya saja kalau ditanya mau ekspansi ke luar, ya tentu mau tapi kapan? Itu masih rahasia perusahaan," jelas Johnny.

Lebih lanjut, ia menuturkan, salah satu kendala mengembangkan layanan keuangan digital di Indonesia yakni terkait infrastruktur. Pasalnya, belum semua daerah bisa mengakses smartphone karena terkendala sinyal.

"Kita masih sangat tergantung dengan signal. Bagaimana agar ada signal? Maka harus ada infrastruktur? Keberadaan infrastruktur tergantung pemerintah," katanya.

Ia menyadari, masalah infrastruktur memang tidak mudah diselesaikan. Alasannya, wilayah Indonesia sangat luas.

"Pemerintah misalnya tengah menjalankan pembangunan Palapa Ring. Susah juga, kenyataannya di Indonesia memang begitu," ujar Johnny.

Sebagai informasi, pada 2018 volume transaksi Ovo mencapai 1 miliar. Dengan jumlah pengguna sebanyak 115 juta.

Aplikasi ini pun telah memiliki 230 ribu merchant. Maka lebih dari 200 kota di Indonesia sudah bisa menggunakannya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement