REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Pengadilan Amerika Serikat mendakwa Chief Financial Officer perusahaan telekomunikasi Cina Huawei Meng Wanzhou dan dua afiliasinya atas penipuan dalam pelanggaran sanksi terhadap Iran. Kasus ini sudah lama meningkatkan ketegangan antara AS dan Cina.
Dalam 13 dakwaan yang diajukan di New York, Senin (28/1), Departemen Kehakiman AS mengatakan Huawei telah menyesatkan bank-bank multinasional dan otoritas AS tentang relasi mereka dengan anak perusahaan Skycomm Tech dan Huawei Cabang AS dalam perdagangan dengan Iran. Departemen Kehakiman AS juga mengajukan tuduhan lainnya.
Departemen Kehakiman AS juga menuduh dua anak perusahaan Huawei telah mencuri rahasia dagang, penipuan (wire fraud) dan pelanggaran hukum atas pencurian teknologi robotik dari perusahaan teknologi AS T-Mobile untuk uji coba ketahanan telpon pintar. Kasus ini diajukan ke pengadilan di distrik barat Washington.
Huawei belum memberikan komentar tentang dakwaan ini. T-Mobile menuntut Huawei telah mencuri teknologi mereka yang disebut 'Tappy', sebuah teknologi yang menyerupai sidik jari manusia dan digunakan untuk menguji telpon pintar.
Huawei mengatakan mereka sudah menyelesaikan persoalan ini pada tahun 2017. Dua dakwaan ini menambah tekanan AS terhadap pabrik komponen telekomunikasi terbesar di dunia tersebut.
Pemerintahan Presiden AS Donald Trump sudah melarang perusahaan-perusahaan Amerika membeli router dan sakelar Huawei. AS juga menekan sekutu-sekutu mereka untuk melakukan hal yang sama.
Para pakar keamanan AS khawatir peralatan Huawei dapat digunakan untuk memata-matai rakyat Amerika. Atas permintaan AS, Kanada sudah menahan Meng Wanzhou pada bulan Desember lalu.
Kini putri dari pendiri Huawei tersebut sedang menggung sidang ekstradiksi ke Amerika. Pemerintah AS menuduh Meng memainkan peran utama dalam skema melakukan perdagangan dengan Iran.
Ia dituduh menggunakan anak perusahaan Huawei agar tetap bisa berdagang dengan Iran. Walaupun AS memberikan sanksi ekonomi kepada Iran. Saat ini Meng masih menjadi tahanan rumah di Vancouver, Kanada.
Penahanan Meng ini meningkatkan ketegangan antara Cina dengan Kanada. Negeri Tirai Bambu itu membalasnya dengan menangkap dua warga negara Kanada, diplomat Michael Kovrig dan pengusaha Michael Spavor.
Pendiri Huawei Ren Zhengfei membantah perusahaannya membuat produk yang dapat digunakan pemerintah Cina untuk memata-matai. Dakwaan terhadap Huawei ini diajukan beberapa hari sebelum AS dan Cina melakukan pembicaraan untuk mengakhiri perang dagang yang terjadi selama tahun 2018.
Menteri Perdagangan AS Wilbur Ross mengatakan dua kasus ini 'sepenuhnya terpisah' dari negosiasi perdagangan dengan Cina. Sementara itu Direktur FBI Christopher Wray mengatakan dua kasus ini mengungkapkan keberanian dan kegigihan Huawei dalam mengeksploitas perusahaan dan lembaga keuangan Amerika serta mengancam pasar global yang bebas dan adil.
Ia mengatakan ia khawatir dengan peralatan-peralatan Huawei yang terpasang di jaring telekomunikasi AS. "Akses semacam itu dapat memberikan kemampuan pemerintah asing untuk memodifikasi atau mencuri informasi, melakukan spionase yang tidak terdeteksi, atau memberikan tekanan atau kontrol,” kata Wray.
BACA JUGA: Nasib Status Caleg Gerindra Ahmad Dhani