REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Petani bawang merah terpaksa merugi karena anjloknya harga bawang merah. Harga bawang merah di tingkat petani masih berada di angka Rp 10 ribu per kilogram (kg).
"Kalau harga normal Rp 20 ribu per kg," kata Ketua Asosiasi Bawang Merah Indonesia (ABMI) Juwari kepada Republika, Senin (28/1).
Ia mengatakan, Break Even Point (BEP) atau balik modal petani bawang merah sebesar Rp 12.500 per kg. Anjloknya harga bawang merah sudah terjadi sejak dua pekan lalu akibat panen raya.
Di Brebes, misalnya, terjadi panen di lahan seluas 5.800 hektare. Panen juga terjadi di sentra bawang merah lainya seperti Demak dan Nganjuk.
"Sebentar lagi juga pulih lagi, mungkin akhir Februari nanti kita kembali normal," ujarnya.
Menurut Juwari, sebenarnya petani bisa mengatasi kerugian tersebut dengan melakukan tunda jual. Maksudnya, petani menyimpan hasil panennya untuk dijual saat kondisi harga membaik.
Hanya saja, petani kesulitan dalam melakukan penyimpanan di musim penghujan ini. "Yang menghambat adalah pengeringan. Kalau di musim kemarau tidak menjadi masalah," kata dia.
Hal itu pula yang membuat petani terpaksa menjual murah bawang merahnya lantaran enggan direpotkan dengan pengeringan. Lagipula, ia melanjutkan, ada biaya ekstra yang harus dikeluarkan petani dalam melakukan pengeringan tersebut. Namun, tunda jual diyakini Juwari adalah yang terbaik agar petani tidak merugi.
"Kami mengimbau kepada petani-petani yang masih punya modal untuk tanaman berikutnya atau biaya hidupnya mending tunda jual dulu," katanya.