Selasa 22 Jan 2019 11:56 WIB

Kementan akan Wajibkan Importir Tanam Kedelai

Keterlibatan importir wajib tanam kedelai positif untuk memberi semangat petani

Red: EH Ismail
Ilustrasi panen kedelai
Ilustrasi panen kedelai

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah terus mendorong pengembangan kedelai nasional, baik melalui ekstensifikasi maupun intensifikasi. Untuk menumbuhkan minat petani menanam kedelai, pemerintah memberikan bantuan sarana produksi berupa benih unggul. Bahkan pemerintah mewacanakan wajib tanam bagi para importir kedelai.

“Keterlibatan importir wajib tanam kedelai sangat positif dalam rangka ikut membina dan memberi semangat kepada petani untuk mengembangkan kedelai nasional baik dengan pola mandiri maupun pola kemitraan,” kata Sekretaris Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian (Kementan) Maman Suherman, Senin (21/1).

Bersamaan dengan itu, pemerintah juga akan terus melakukan upaya-upaya yang dilakukan baik melalui perluasan areal tanam maupun peningkatan produktivitas. Untuk mengatasi keterbatasan lahan, pengembangan kedelai diarahkan penanaman di lahan kering, integrasi dengan perkebunan, perhutanan dan budidaya tumpangsari.

“Untuk dongkrak produksi, Kami juga menyiapkan benih unggul varietas lokal dengan potensi produksi mulai 2 - 3,5 ton per hektare,” ujar Maman.

Sebagai catatan, angka produksi kedelai 2018 sebesar 983 ribu ton. Angka ini merupakan capaian produksi tertinggi selama 2014-2018, dan lebih tinggi dibanding rata-rata produksi 2014-2018 yang berada di kisaran 859.830 ton.

“Peningkatan produksi 2018 melonjak naik sebesar 82,39 % dibanding tahun 2017,” tutur Maman.

Sementara itu, dihubungi secara terpisah, Direktur Aneka Kacang dan Umbi Ali Jamil optimistis cita-cita Indonesia untuk menjadi lumbung pangan dunia pada 2045 dapat terwujud selama mendapatkan dukungan dari berbagai pihak.Untuk itu, program ini harus didukung oleh segenap komponen bangsa baik itu Kementan sebagai motor, intansi terkait lintas lembaga/kementerian, akademisi, pengamat pertanian dan terutama para petani sebagai ujung tombak.

“Kita harapkan rekan-rekan Importir kedelai untuk turut berpartisipasi membantu menanam kedelai bangsanya sendiri agar pencapaian swasembada dan keberlanjutannya bisa kita jaga,” jelas Ali.

Menurut Ali, dalam pencapaian swasembada kedelai, ketersediaan benih juga memiliki peranan penting. Untuk memenuhi kebutuhan benih kedelai di 2019 seluas 1 juta hektare dengan kebutuhan benih 43 ribu ton, dirinya mengharapkan, kebutuhan tersebut dapat disediakan dari pertanaman kedelai kegiatan 2018 dengan pola zonasi (pewilayahan), dengan dikawal oleh Balai Pengawasan Sertifikasi Benih (BPSB) setempat.

Ali menambahkan, varietas kedelai yang banyak ditanam petani antara lain varietas Anjasmoro, Grobogan, Wilis dan Argomulyo. Selain itu ada beberapa varietas yang sedang dikembangkan oleh Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN), yaitu varietas Mutiara biji besar. Di sisi lain, Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian (BB BIOGEN) Badan Litbang Pertanian, juga mengembangkan varietas kedelai dengan biji besar dengan nama varietas Bio Soy 1 dan Bio Soy 2. Pengembangan kedelai dengan biji besar dimaksudkan memenuhi permintaan para pengrajin tahu-tempe.

“Dengan adanya varietas baru ini diharapkan ketersediaan benih kedelai dengan biji besar dapat terpenuhi. Tentunya kita harapkan bisa menggantikan kedelai impor yang secara umum berbiji lebih besar dari varietas kita,” kata dia.

Untuk menjamin ketersedian benih, Ali mengusulkan pola kemitraan antara penangkar benih di wilayah pengembangan dengan produsen atau penyedia benih untuk pola penampungan calon benih yang di hasilkan penangkar diwilayah tersebut.

“Selain itu perlu adanya pemanfaatan program Desa Mandiri Benih (DMB) untuk memenuhi kebutuhan benih kedelai “In Situ”,” pungkas Ali.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement