Ahad 20 Jan 2019 15:56 WIB

Holding Tambang Anggarkan Dana Eksplorasi Tambang

Holding Pertambangan giat melakukan eksplorasi pada tahun ini.

Rep: Intan Pratiwi/ Red: Gita Amanda
Direktur Utama PT Inalum (Persero) Budi Gunadi Sadikin (tengah) bersama Direktur Utama PT Freeport Indonesia (PTFI) Tony Wenas (kedua kanan) mengikuti Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Komisi VII DPR di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Selasa (15/1/2019).
Foto: Antara/Puspa Perwitasari
Direktur Utama PT Inalum (Persero) Budi Gunadi Sadikin (tengah) bersama Direktur Utama PT Freeport Indonesia (PTFI) Tony Wenas (kedua kanan) mengikuti Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Komisi VII DPR di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Selasa (15/1/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Masa depan industri pertambangan hari ini memiliki dua tantangan. Pertama, meningkatkan nilai tambah, kedua memperkuat cadangan untuk keberlangsungan masa depan industri. Untuk bisa menambah cadangan, Holding Pertambangan yang terdiri dari para perusahaan tambang pelat merah mulai giat melakukan eksplorasi pada tahun ini.

Direktur Utama PT Indonesia Asahan Alumunium (Inalum), Budi Gunadi Sadikin menjelaskan kebijakan holding pertambangan pada tahun ini, salah satunya adalah melakukan eksplorasi. Eksplorasi ini penting dilakukan khususnya untuk perusahaan seperti Antam, Timah dan Inalum.

"Kita mau ada dana yang fix, secara bertahap 1-2 persen dari revenew dari masing masing perusahaan. Kita mulai budget 2019 ini," ujar Budi kepada Republika.co.id, Ahad (20/1).

Budi juga menjelaskan saat ini memang cadangan menjadi sangat penting. Apalagi jika berbicara PT Aneka Tambang (Antam dan Timah). Budi mengatakan dua perusahaan ini perlu melakukan eksplorasi. Berbeda dengan rekan lainya seperti Bukit Asam yang sudah memiliki cadangan terbukti.

"Cadangan itu turun. Antam turun. Inalum turun. Saya sepakat sih. Mulai sekarang saya paksa eksplorasi. Saya monitor data penemuan cadangan baru," ujar Budi.

Bahkan Budi mengatakan karena pentingnya eksplorasi cadangan baru ini, maka di Holding Pertambangan perlu adanya bidang yang menangani khusus terkait eksplorasi.

"Nantinya kami mau buat di holding buat bidang eksplorasi. Targetnya cadangannya bisa tambah. Jadi nggak turun terus, jadi bisa menekan decline. Karena kan eksplorasi juga butuh waktu. Tapi kalau tidak dilakukan sekarang mau kapan lagi kan?" ujar Budi.

Ketua Ikatan Ahli Geologi Indonesia, Sukmandaru meyakinkan hal ini. Sukamdaru menjelaskan saat ini peningkatan angka discovery atau penemuan di sektor tambang sangatlah minim. Kegiatan eksplorasi di sektor tambang tidak semasif sektor migas, padahal, secara nilai tambah dan jual, sektor tambang merupakan salah satu yang mendatangkan banyak revenew.

"Peningkatan angka discovery. Eksplorasi juga penting ya. Untuk mengspeed up lagi cadangan kita," ujar Sukamdaru, Ahad (20/1).

Apalagi, kata Sukamdaru banyak perusahaan yang sudah berstatus IUP sejak disahkannya undang undang minerba. Hal ini mestinya, waktu yang cukup untuk para perusahaan melakukan eksplorasi tambang.

"Butuh eksplorasi diluar daerah skrg. Butuh daerah baru. Pemerintah baru lelang 16 blok kemarin. Yang dilakukan cuman enam dan cuman laku berapa. Nah ini butuh eksplorasi diluar ini," ujar Sukamdaru.

Namun, dalam pelaksanaannya, berbicara eksplorasi tambang sangat erat kaitannya dengan investasi. Menurut Presiden Direktur PT Freeport Indonesia, Tony Wenas salah satu cara untuk bisa menarik investasi khususnya di bidang eksplorasi tambang ini, pemerintah harus bisa memberikan ruang yang luas untuk para perusahaan melakukan eksplorasi.

Namun, saat ini kata Tony, pemerintah melalui aturan investasi dan pertambangan membatasi kegiatan eksplorasi ini. Akibatnya, banyak investor yang masih ragu dalam menarik investasinya. Ia menilai, perlu ada regulasi yang kompehensif antara investasi di eksplorasi dan produksi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement