Jumat 18 Jan 2019 23:01 WIB

Pengamat: Seharusnya Tarif Listrik Turun

Tarif listrik bisa turun bila ada skema yang matang dan terstruktur

Rep: Rahayu Subekti/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Seorang pekerja melakukan perbaikan dan pergantian kabel jaringan listrik di Desa Blang Jambe, Julok, Aceh Timur, Aceh, Sabtu (8/12/2018).
Foto: Antara/Syifa Yulinnas
Seorang pekerja melakukan perbaikan dan pergantian kabel jaringan listrik di Desa Blang Jambe, Julok, Aceh Timur, Aceh, Sabtu (8/12/2018).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat energi dari Universitas Gajah Mada (UGM) Fachmi Radhi menilai seharusnya tarif dasar listrik bisa mengalami penurunan harga. Fachmi menyebutkan terdapat beberapa penyebab yang seharusnya bisa menurunkan tarif listrik untuk saat ini. 

Dia mengatakan saat ini dengan menurunnya harga minyak dunia menguatnya rupiah seharusnya bisa menurunkan tarif listrik. "Harga pokok penjualan (HPP) listrik juga menurun, sehingga tarif listrik mestinya bisa turun," kata Fachmi kepada Republika, Jumat (18/1). 

Sebelumnya, Direktur Utama PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) (Persero) Sofyan Basir mengatakan ada kemungkinan tarif listrik dapat turun. Hanya saja hal tersebut baru dapat dilakukan jika terdapat skema yang matang dan terstruktur, salah satunya mencukupi ketersediaan pembangkit listrik di Indonesia. 

Saat ini pemerintah memiliki program 35 ribu megawatt  pembangkit listrik. Lalu Fachmi mengakui program pemerintah tersebut memang bisa membantu penurunan tarif dasar listrik namun harus berada pada kondisi tertentu. 

"Sebenarnya, program pembangunan 35 ribu megawatt pembangkit listrik bisa (menurunkan tarif listrik). Tapi kalau terjadi over supply," jelas Fachmi. 

Sebelumnya, Sofyan mengatakan apabila pembangkit dibangun dengan teknologi yang cukup mumpuni sehingga membuat pembangkit efisien. "Jadi kami yakin bisa menurunkan tarif listrik. Bukan saya mau bikin repot Dirut mendatang, itu by design kok, boleh tanya sama direksi lain. Itu mimpi kami. Yang mahal-mahal kami buang," tutur Sofyan, Kamis (17/1). 

Sofyan menjelaskan pada 2022 saat seluruh pembangkit listrik dari program 35 ribu MW mulai beroperasi. Dengan begitu menurut Sofyan,  tarif listrik di Indonesia bisa saja turun dari tarif saat ini karena sejak awal program listrik itu untuk menurunkan cost kelistrikan nasional. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement