Jumat 18 Jan 2019 04:10 WIB

Jonan: Pemerintah Dorong Energi yang Lebih Bersih

Yang dihasilkan dari RU III ini adalah kernel oil.

Rep: Intan Pratiwi/ Red: Muhammad Hafil
Menteri ESDM Ignasius Jonan (tengah) didampingi Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati (kanan) berdialog saat mengunjungi Pertamina Refinery Unit III Plaju, Palembang, Sumatera Selatan, Kamis (17/1/2019).
Foto: Antara/Feny Selly
Menteri ESDM Ignasius Jonan (tengah) didampingi Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati (kanan) berdialog saat mengunjungi Pertamina Refinery Unit III Plaju, Palembang, Sumatera Selatan, Kamis (17/1/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral didampingi Direktur Utama PT Pertamina (Persero), Nicke Widyawati hari ini melakukan kunjungan kerja ke Refinery Unit (RU) III PT Pertamina di Plaju, Palembang, Provinsi Sumatera Selatan. RU III Plaju saat ini tengah mengembangkan proyek Biorefinery.

Proyek Biorefinery ini mengolah minyak kelapa sawit (CPO) yang telah dihilangkan getah, bau dan pengotor lainnya untuk diolah lebih lanjut menjadi bahan bakar ramah lingkungan, seperti green diesel dan green avtur.

"Pemerintah mendorong penggunaan energi dan bahan bakar yang lebih bersih. Jadi Pertamina mengambil inisiatif untuk mengolah energi yang lebih bersih di Refinery Plaju dan di Sungai Gerong di RU 3. Yang dilakukan, pertama adalah mencampur kelapa sawit, baik residu atau bagian lain dari kelapa sawit untuk ke minyak diesel sehingga minyak dieselnya akan lebih ramah lingkungan," jelas Jonan, di Kompleks RU III Plaju, Palembang Kamis (17/1).

Kedepan, lanjut Jonan akan dibangun unit pengolahan yang dapat meningkatkan pengolahan dari 100 persen minyak kelapa sawit menjadi 100 persen minyak diesel. Jonan mengapresiasi inisiatif proyek ini, selain ramah lingkungan, secara ekonomis CPO juga dapat mengurangi impor bahan bakar minyak.

"Nanti juga akan dibangun unit lain untuk mengubah 100 persen minyak kelapa sawit menjadi 100 persen minyak diesel. Tujuannya untuk mengurangi gas buang dan polusi. Yang kedua, secara ekonomis mengurangi impor barang bakar, karen kita impor bahan bakar sehari sekitar 400 ribu barel, kalau ini bisa menggunakan kelapa sawit digunakan di dalam negeri, itu yang penting. Yang ketiga, supaya Pertamina berubah dari pengolah energi fosil menjadi sebagian pengolah energi yang terbarukan, dari kelapa sawit," kata Jonan.

Pada kesempatan yang sama, Nicke mengungkapkan bahwa yang dihasilkan dari RU III ini adalah kernel oil, yaitu produk turunan dari CPO yang dicampur dengan residu.

"Selama ini residu terbuang. Residu tersebut kemudian diproses di Residue Catalytic Cracking (RCC) Unit menjadi produk green fuel yang lebih baik. Secara emisi karbon lebih baik untuk lingkungan. Selanjutnya kami akan melakukan proses yang 100 persen dari CPO juga di RU III ini," jelas Nicke.

"Untuk yang co-processing kernel oil dicampur dengan residu, setelah Plaju kita juga akan lakukan di kilang Balikpapan, Kilang Balongan dan Kilang Cilacap. Jadi kita akan tambah kapasitasnya sehingga perlahan yang B20 juga akan kita campur, jadi ada beberapa opsi," kata Nicke.

Sebagaimana diketahui, Pemerintah terus mendorong pemanfaatan energi baru dan terbarukan (EBT). Hal ini merupakan Komitmen Pemerintah untuk mencapai bauran energi nasional sebesar 23 persen pada tahun 2025. komitmen pemanfaatan EBT ini meliputi dua sektor yang terbesar, yaitu kelistrikan dan transportasi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement