REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Debat pertama calon presiden dan wakil presiden akan dilangsungkan malam ini, Kamis (17/1). Pasar pun menanti ajang tersebut untuk melihat visi dan misi mengenai ekonomi dari kedua pasang calon.
"Market lebih melihat bagaimana visi dan misi ekonominya, apakah berhubungah dengan pasar capital. Kita akan lihat itu saja," ujar CEO Schroders Indonesia Michael Tjoajadi kepada wartawan di Jakarta, Kamis, (17/1).
Ia menjelaskan, pasar akan melihat apakah visi dan misi para calon terkait ekonomi sama atau berbeda. Lalu bagaimana cara mengimplementasikannya.
Lebih lanjut, Michael mengaku tidak bisa menargetkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Hanya saja dirinya berharap earning per share dari berbagai perusahaan publik dapat naik di atas 10 persen tahun ini.
Sementara bila melihat sektor, kata dia, saat ini sektor yang atraktif di Indonesia yakni terkait konsumsi dan investasi. "Jadi akan dilihat bagaimana private consumption, investment company, dan lain-lain," kata Michael.
Executive Director Charta Politika Yunarto Wijaya menambahkan, memang selalu ada kaitan antara ekonomi dan politik di tahun pemilu. Pasalnya, semua orang akan bersikap wait and see.
"Hanya saja terus terang kali ini (wait and see) terasa lebih lama. Pertama karena kampanye ini terlama, jadi wait and see-nya kira-kira enam bulan. Kedua karena ini pemilu serentak, tapi jadinya tidak perlu ada dua kali kampanye," jelas Yunarto pada kesempatan serupa.
Meski begitu, kata dia, pengalaman dari pemilu sebelumnya, biasanya perekonomian akan aman-aman saja. IHSG pun selalu positif.
Hanya saja ia menyadari, biasanya ada ketakutan iklim usaha karena khawatir terjadi konflik. "Tapi saya melihat tidak ada sebuah hal ekstrim," kata Yunarto.
Dirinya melanjutkan, tema pemilu kali ini berbeda dari sebelumnya, yakni menguji kebijakan. "Makanya minimal kuta menilai dari perdebatan nanti malam," tegasnya.