REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution menilai, defisit neraca dagang sebesar 8,57 miliar dolar AS pada 2018 merupakan dampak laju pertumbuhan ekonomi Indonesia. "Jadi pertumbuhan ekonomi kita itu defisitnya di neraca dagang besar, itu justru di satu pihak karena ekonominya jalan," kata Darmin di kantor Kemenko Perekonomian, Selasa (15/1).
Dia menjelaskan, lonjakan impor terjadi akibat banyak permintaan barang yang tidak diproduksi di Indonesia. Sehingga, menurutnya, impor tidak melonjak tinggi ketika ekonomi Indonesia melambat.
Selain itu, dia mencermati defisit migas yang menjadi penyebab utama defisit neraca dagang 2018. Menurutnya, defisit migas tidak mudah diturunkan lantaran masih menjadi kebutuhan utama masyarakat. Sementara, kinerja perdagangan nonmigas tak mampu mengimbangi defisit migas.
"Secara kebijakan, ya kalau migas itu tadi tidak mudah, walau ya kita berharap ada pengaruhnya dari B20. Yang perlu betul kita lakukan adalah mendorong ekspor nonmigas," kata Darmin.
Darmin mengatakan, pemerintah akan memperbaiki kinerja perdagangan Indonesia dengan mengatasi hambatan dan mendorong komoditas ekspor strategis. "Untuk nonmigas, ya kita identifikasi hambatannya dan memilih komoditas mana yang didorong," kata Darmin.