Selasa 15 Jan 2019 22:48 WIB

Data BPS, Tingkat Kemiskinan Terus Menurun

Penurunan tingkat kemiskinan itu terjadi di daerah kota dan desa secara seimbang.

Salah satu potret kemiskinan di ibukota (ilustrasi).
Foto: Republika/Aditya Pradana Putra
Salah satu potret kemiskinan di ibukota (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Kecuk Hariyanto mengeluarkan data terakhir, pada Selasa (15/1), tentang beberapa perkembangan sosial ekonomi di Indonesia yang sangat penting. Salah satunya menyebutkan tingkat kemiskinan di Indonesia terus mengalami penurunan.

Senada dengan itu, Ketua Tim Pakar Menteri Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (Mendes PDTT) Haryono Suyono, melihat bahwa data tentang kemiskinan sampai dengan bulan September tahun lalu menunjukkan penurunan. Pada laporan sebelumnya angka kemiskinan di Indonesia menunjukkan untuk pertama kali pada bulan Maret 2018 menjadi satu digit sebesar 9,82, pada bulan September 2018 angka itu menurun lagi menjadi 9,66.

Penurunan tingkat kemiskinan itu terjadi di daerah kota dan di daerah desa, secara seimbang, artinya persentase penurunannya relatif sama sebesar 0,37 persen, tetapi jumlah penduduk desa yang menurun tingkat kemiskinannya lima kali lipat lebih banyak yaitu 770 ribu jiwa. Angka ini dibandingkan jumlah penduduk kota yang menurun kemiskinannya sebanyak 140 ribu jiwa.

Namun menurut Haryono, ketimpangan hanya sedikit menurun dari 0,320 menjadi 0,319. Sebab pendapatan per kapita golongan bawah hanya naik sebesar 2,9 persen sementara golongan menengah juga naik sebesar 2,04 persen. Selisih yang tidak terlalu besar untuk mendekatkan jarak kesenjangan.

Salah satu yang menarik kenapa kemiskinan tidak bisa turun dengan drastis, menurutnya, perlu diperhatikan adanya komposisi garis kemiskinan yang ternyata selama bulan Maret 2018 sampai bulan September 2018 terjadi kenaikan 2,36 persen yaitu dari Rp 401.220 per kapita per bulan pada bulan Maret 2018 menjadi Rp 410.670 per kapita per bulan pada bulan September 2018.

Di samping itu, menurut Haryono dalam siaran persnya, peranan komoditi makanan pada bulan September 2018 lebih besar dibandingkan dengan peranannya pada bulan Maret sebelumnya. Yakni sebesar 73,54 persen, artinya penduduk, karena miskin memiliki konsumsi makan lebih banyak pada bulan September dibanding bulan sebelumnya.

Data BPS juga menggambarkan bahwa biarpun prosentase penduduk miskin di Pulau Jawa sudah jauh lebih kecil dari angka nasional, yaitu sebesar 8,7 persen, tetapi jumlah penduduk miskin di Pulau Jawa masih jauh melampaui jumlah penduduk miskin di pulau-pulau lainnya. Yakni jumlah penduduk miskin di Jawa sebesar 13,19 juta jiwa sedangkan di daerah lainnya masih lebih kecil jumlahnya. Semoga kemiskinan dapat lebih cepat.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement