REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Usaha Milik Negara (BUMN) penghasil vaksin Bio Farma mengapresiasi peran Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) yang selalu mendampingi dan mengawasi Bio Farma memproduksi vaksin. Hasilnya Bio Farma berhasil mengekspor vaksinnya ke 140 negara.
Direktur Utama PT Bio Farma M Rahman Roestan mengatakan, BPOM terus membina Bio Farma dimulai dari riset produk-produk baru, pembangunan fasilitas produk, pre-clinical dan clinical trial sampai manufacturing. Selain itu, dia menambahkan, BPOM juga melakukan pengawasan ketat di bidang teknologi termasuk vaksin di setiap batch produksi.
"Pengawasan ini memang diminta organisasi kesehatan dunia (WHO) dan kami minta pendampingan dari BPOM bagaimana industri supaya siap dalam memenuhi semua kriteria yang ditetapkan oleh WHO. Hasilnya pendampingan tersebut membuat vaksin Indonesia saat ini bisa di ekspor ke 140 negara," ujarnya saat ditemui di pemaparan kinerja BPOM 2018, di Jakarta, Selasa (15/1).
Tak hanya itu, dia menambahkan, Indonesia juga telah ditunjuk Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) sebagai centre of excellence vaksin. Selain itu Indonesia dinilai unggul dalam teknologi. Padahal, ia menyebut hanya dua negara termasuk Indonesia yang mendapat pengakuan ini.
Rahman bersyukur peningkatan daya saing vaksin Indonesia memang sangat terkait Instruksi Presiden (Inpres) No 6 2016 dan Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) 17 tahun 2017 untuk kemandirian produk-produk farmasi. Karena itu, Bio Farma menyambut baik upaya pemerintah membentuk konsorsium vaksin dan produk biologi lain tahun lalu untuk semakin menambah daya saing vaksin Indonesia.
Lebih lanjut Bio Farma berharap semua stakeholder terkait seperti Bappenas, Kemenristekdikti, hingga pihak industri bisa menggelar pertemuan setiap tahun dan menyampaikan kemajuan kemandirian farmasi nasional.