Rabu 02 Jan 2019 19:15 WIB

Desember 2018, Nilai Tukar Petani Naik 0,04 Persen

Peningkatan karena pertumbuhan di subsektor tanaman pangan dan peternakan

Rep: Santi Sopia/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Petani memanen padi di area persawahan Cangkringan, Sleman, DI Yogyakarta, Jumat (28/12/2018).
Foto: Antara/Hendra Nurdiyansyah
Petani memanen padi di area persawahan Cangkringan, Sleman, DI Yogyakarta, Jumat (28/12/2018).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat nilai tukar petani pada Desember 2018 naik 0,04 persen dibandingkan November 2018. Angka nilai tukar petani pada Desember ini sebesar 103,16.

Kepala BPS, Suhariyanto menjelaskan kenaikan nilai tukar petani pada Desember ini karena peningkatan subsektor tanaman pangan dan peternakan. Masing masing kenaikannya sebesar 0,75 persen dan 0,17 persen. 

"NTP adalah salah satu indikator untuk mengukur daya beli petani di pedesaan. NTP juga menunjukkan daya tukar produk pertanian yang dijual petani dengan barang dan jasa yang dia konsumsi maupun untuk biaya produksinya," ujar pria yang biasa dipanggil Kecuk di Kantor BPS, Rabu (2/1).

Ia menjelaskan hanya 11 dari 33 provinsi yang mengalami kenaikan NTP di bulan lalu, dengan sisanya turun. Kenaikan NTP tertinggi di Maluku sebesar 0,81 persen disumbang komoditas ketela pohon/ubi kayu, sementara penurunan terbesar NTP di Sulawesi Barat -2,34 persen akibat turunnya harga jual kakao.

Dari seluruh sektor NTP di bulan Desember, hanya subsektor tanaman pangan dan peternakan yang mengalami kenaikan, masing-masing sebesar 0,75% dan 0,17%. Sementara itu, NTP subsektor tanaman perkebunan rakyat di bulan lalu tercatat mengalami penurunan tertinggi 1,16 persen mtm.

"NTP perkebunan rakyat turun karena harga komoditas kelapa sawit dan karet di tingkat internasional sedang tidak bagus, begitu juga biji kakao dan teh," tambah Kecuk.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement