Selasa 01 Jan 2019 17:13 WIB

Sentimen Dalam Negeri Ini Pengaruhi IHSG 2019

Terciptanya stabilitas politik dalam pelaksanaan pemilu memberikan kepastian pasar.

Rep: Idealisa Masyrafina/ Red: Friska Yolanda
Presiden Joko Widodo (kedua kanan) didampingi Menko Perekonomian Darmin Nasution (kedua kiri), Ketua Dewan Komisioner OJK Wimboh Santoso (kanan), Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal OJK Hoesen (kiri) dan Dirut PT Bursa Efek Indonesia Inarno Djajadi melakukan seremoni penutupan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) 2018 di kantor Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Jumat (28/12/2018).
Foto: Antara/Sigid Kurniawan
Presiden Joko Widodo (kedua kanan) didampingi Menko Perekonomian Darmin Nasution (kedua kiri), Ketua Dewan Komisioner OJK Wimboh Santoso (kanan), Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal OJK Hoesen (kiri) dan Dirut PT Bursa Efek Indonesia Inarno Djajadi melakukan seremoni penutupan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) 2018 di kantor Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Jumat (28/12/2018).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tak hanya sentimen luar negeri, sejumlah sentimen dalam negeri ikut memberikan pengaruh terhadap pergerakan indeks harga saham gabungan (IHSG) pada 2019. Analis Binaartha Sekuritas M Nafan Aji mengatakan, peran pemerintah dalam menjaga stabilitas fundamental makro ekonomi domestik yang inklusif dan berkesinambungan akan menjadi sentimen positif dalam pergerakan IHSG.

"Indonesia merupakan negara emerging market dalam kategori investment grade. Terciptanya kondisi stabilitas politik dan keamanan yang kondusif dalam pelaksanaan pemilu legislatif maupun eksekutif pada 2019 akan memberikan kepastian bagi para pelaku pasar," ujar Nafan, Selasa (1/1).

Sentimen positif lainnya, menurut Nafan adalah proyeksi sejumlah sektor emiten masih berpotensi mencetak kinerja yang positif, termasuk LQ45.

Kendati begitu, sentimen global masih terus membayangi yang berpotensi mengakibatkan nilai tukar rupiah bergerak fluktuatif. Lalu ancaman defisit neraca dagang masih terlihat akibat ketergantungan impor yang akan mempengaruhi pelebaran CAD (Current Account Deficit). Kemudian adanya potensi arus modal keluar (capital outflow) dari Indonesia yang terutama disebabkan oleh sentimen kenaikan suku bunga The Fed. Hal ini membuat tren kenaikan suku bunga BI berlanjut, sehingga berpotensi memperlambat pertumbuhan ekonomi nasional. 

Baca juga, IHSG Hadapi Berbagai Sentimen Negatif di 2018

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement