Selasa 01 Jan 2019 16:00 WIB

IHSG Hadapi Berbagai Sentimen Negatif di 2018

Pasar modal Indonesia tercatat terbaik kedua setelah India di antara negara Asia.

Rep: Idealisa Masyrafina/ Red: Friska Yolanda
Presiden Joko Widodo (kedua kiri) didampingi Menko Perekonomian Darmin Nasution (kiri), Ketua Dewan Komisioner OJK Wimboh Santoso (kedua kanan) dan Dirut PT Bursa Efek Indonesia Inarno Djajadi melakukan seremoni penutupan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) 2018 di kantor Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Jumat (28/12/2018).
Foto: Antara/Sigid Kurniawan
Presiden Joko Widodo (kedua kiri) didampingi Menko Perekonomian Darmin Nasution (kiri), Ketua Dewan Komisioner OJK Wimboh Santoso (kedua kanan) dan Dirut PT Bursa Efek Indonesia Inarno Djajadi melakukan seremoni penutupan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) 2018 di kantor Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Jumat (28/12/2018).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Meski berhasil mencatatkan kinerja yang positif dengan kenaikan sebesar 0,5 persen ke posisi 6.194,49 pada penutupan perdagangan tahun 2018, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terkoreksi sebanyak 2,54 persen sepanjang tahun 2018. Posisi IHSG ini juga masih lebih rendah dibandingkan penutupan perdagangan tahun 2017 yang berada di posisi 6.355. 

Kendati begitu, kinerja pasar modal Indonesia tercatat merupakan kedua terbaik di antara negara-negara Asia, setelah India yang mengalami kinerja positif. Sementara di antara negara-negara anggota ASEAN, Indonesia mencatat kinerja terbaik pertama meskipun semua bursa saham ditutup negatif. Adapun posisi selanjutnya Malaysia (-5,91), Vietnam (-9,32), Singapura (-9,82) dan Thailand (-10,82).

Sejumlah sentimen akan memberikan pengaruh terhadap pergerakan IHSG di tahun 2019. Yang menjadi sentimen utama dalam ekonomi global yakni keputusan The Fed yang telah menaikan suku bunga acuannya dan adanya perang dagang antara AS dan Tiongkok. Selain itu, berbagai komentar maupun cicitan Twitter Presiden Trump dalam menanggapi pemerintahan maupun kondisi ekonomi AS juga turut mempengaruhi pasar saham. Sentimen global lainnya juga berasal dari kondisi di Uni Eropa.

photo
Sejumlah karyawan meniup terompet saat penutupan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) 2018 di kantor Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Jumat (28/12/2018).

Fluktuasi harga komoditas global  yang juga turut mempengaruhi pergerakan harga komoditas di dalam negeri. Sejumlah emiten yang bergerak di bidang komoditas terdampak dan pada akhirnya mempengaruhi pergerakan harga sahamnya.

Imbas dari ekonomi global tersebut mengakibatkan pelemahan rupiah. Kemudian, rilis negatif defisit neraca pembayaran dan perdagangan. Meningkatnya harga komoditas juga berdampak pada defisit neraca perdagangan. 

Sementara itu, beberapa sentimen positif dari pemerintah tidak banyak memberikan dorongan untuk kinerja IHSG. Defisit  APBN 2018 hingga akhir November sebesar Rp 287,9 triliun, atau lebih  rendah jika dibandingkan periode yang  sama di tahun 2017 sebesar Rp 349,6 triliun. Sedangkan realisasi defisit anggaran yakni 1,89 persen terhadap  PDB yang lebih rendah dari periode  sebelumnya sebesar 2,59 persen. 

"Adanya sentimen positif dari rendahnya  defisit tersebut tampaknya tidak banyak  mempengaruhi laju IHSG yang  cenderung mengalami pelemahan  karena diimbangi oleh sentimen global  dan adanya berbagai komentar negatif  terkait defisit tersebut karena  ketidakpahaman dalam memahami  postur dan struktur APBN," ujar Senior Advisor CSA Research Institute Reza Priyambada dalam hasil risetnya yang dikutip Selasa (1/1).

Kemudian, upaya Bank Indonesia (BI) untuk menstabilkan nilai tukar rupiah akibat imbas dari kondisi global dan persepsi negatif terhadap kondisi makroekonomi Indonesia telah menguras cadangan devisa. 

Rilis posisi cadangan devisa Indonesia  pada akhir November 2018 yang tercatat sebesar 117,2 miliar dolar AS, atau meningkat 2 miliar dolar AS dibandingkan cadangan devisa pada akhir Oktober 2018 tidak direspons positif. Hal ini karena secara yoy masih lebih rendah  dibandingkan periode yang sama di tahun sebelumnya.  

"Dengan adanya persepsi tersebut tentunya turut berimbas pada terjadinya aksi jual di pasar saham," kata Reza.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement