REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Pertanian (Kementan) melalui Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) melakukan aksi cepat membantu korban Bencana Tsunami Selat Sunda. Sekretaris Jenderal Kementan, Syukur Iwantoro mengatakan, setelah bencana ,Kementan menjadikan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Banten sebagai posko menampung sumbangan bantuan.
"Segera setelah bencana, BPTP Banten kami jadikan Posko untuk menampung sumbangan karyawan atau karyawati dan masyarakat umum,” kata Syukur Iwantoro dalam keterangan tertulis yang diterima Republika.co.id.
Syukur menjelaskan, di wilayah Banten bantuan diserahkan Sabtu (29/12) ke posko Pendopo Kabupaten Pandeglang, posko Kecamatan Cinangka dan posko Desa Bulakan Kabupaten Serang. Bantuan berupa pakaian, alat salat, beras, bahan makanan cepat saji, telur, obat-obatan, sandal jepit, air mineral dan lain-lain.
Tim dari Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Banten juga menyediakan posko bencana sesuai permintaan Bupati Pandeglang. Bantuan yang telah disalurkan diantaranya masker N95, jas hujan, sarung tangan panjang, sepatu boot, lampu emergency, dan lainnya. Bantuan juga akan diserahkan langsung oleh Kepala Badan Ketahanan Pangan pada Ahad (30/12) di Pendopo Kabupaten Pandeglang.
Bantuan Korban Tsunami Lampung
Untuk korban tsunami di wilayah Lampung, BPTP Lampung telah membentuk tim Peduli Tsunami Selat Sunda Kementan dan menyalurkan bantuan ke Kabupaten Lampung Selatan. Bantuan disalurkan melalui Posko Bantuan yang bertempat di Rumah Dinas Bupati Lampung Selatan. Bantuan diterima secara langsung oleh Bupati Lampung Selatan dan Sekda Kabupaten Lampung Selatan.
"Kami akan terus pantau perkembangan informasi dari teman-teman yang ada di lapangan. Untuk mengetahui kebutuhan apa yang menjadi prioritas, agar bantuan yang disalurkan maksimal dirasakan manfaatnya,” ujar Syukur.
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) melaporkan, jumlah pengungsi mencapai hampir 22 ribu orang. Lebih dari 400 orang dinyatakan meninggal dunia, hampir 1.500 orang luka-luka dan 159 lebih orang masih dinyatakan hilang.
Gelombang Tsunami di sekitar Selat Sunda terjadi pada Sabtu (22/12) malam akibat runtuhan material Gunung Anak Krakatau seluas 64 hektare. Runtuhan itu memicu terjadinya longsor bawah laut sehingga menimbulkan tsunami. Kondisi air bertambah tinggi karena sedang terjadi fenomena gelombang tinggi.
Kerusakan fisik di antaranya menimpa 924 unit rumah, 73 penginapan/hotel/vila, 434 perahu, 24 mobil, 41 motor, dan fasilitas publik seperti pelabuhan/dermaga. Masa tanggap darurat di Banten ditetapkan selama 14 hari, sedangkan di Lampung diberlakukan tujuh hari.