REPUBLIKA.CO.ID, TERARA -- PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional (BTPN) Syariah menyiapkan perempuan-perempuan sebagai bankir pemberdaya. Mereka disiapkan untuk mendampingi nasabah prasejahtera di berbagai provinsi Indonesia.
“Kita memiliki perempuan minimal lulusan SMA (sederajat) untuk menjadi bankir. Mereka mendampingi nasabah prasejahtera produktif,” kata Kepala Komunikasi Korporasi BTPN Syariah Ainul Yaqin saat berbincang dengan media di Dusun Batas Tembeng, Kecamatan Terara, Kabupaten Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat (NTB) beberapa waktu lalu.
Dia menjelaskan BTPN Syariah memiliki program pemberdayaan perempuan yang menyasar keluarga prasejahtera. Program itu memiliki model bisnis unik, yakni mengkombinasikan misi bisnis dan sosial (do good do well). Program tersebut mengembangkan keuangan inklusif melalui pemberdayaan nasabah perempuan.
Bankir pemberdaya juga dikenal sebagai Melatih Putih Bangsa atau community officer (petugas komunitas). Mereka menjadi role model dalam membangun perilaku unggul nasabah prasejahtera, yakni berani Berusaha, Disiplin, Kerja keras, dan Saling bantu (BDKS). Melati Putih Bangsa tidak sekadar bertugas melakukan transaksi keuangan dengan nasabah prasejahtera produktif. Mereka juga melakukan pendampingan dan pelatihan pada nasabah untuk terus mengambangkan usahanya.
“Karena nasabah prasejahtera itu butuh paket pendampingan, tak hanya transaksi keuangan saja,” ujar Ainul.
Melati Putih Bangsa masuk ke dusun-dusun di berbagai kabupaten/kota. Program pemberdayaan perempuan BTPN Syariah sudah menyasar 4.000an kabupaten/kota di 24 provinsi. Salah satu Melati Putih Bangsa di Dusun Batas Tembeng, Kecamatan Terara, kabupaten Lombok Timur, NTB adalah perempuan bernama Puri Anjani (28). Dia sudah emapt tahun menjadi petugas komunitas. Dia mengakui tidak mudah mendampingi keluarga prasejahtera membangun usaha. Sebab, latar belakang pendidikan yang rendah membuat nasabah kurang percaya diri.
“Namanya usaha pasti naik turun. Bankir pemberdaya harus ada untuk pembangkit daya (nasabah prasejahter),” ujar Puri.
Setiap bertemu nasabah, bankir pemberdaya tidak melulu menanyakan angsuran. Sebab, bankir pemberdaya dilatih untuk menguatkan dan memahami kondisi nasabah tersebut.
“Kita tak pernah nanya duit. Selalu memotivasi untuk cari solusi,” kata dia.
Puri mengatakan banyak nasabah prasejahtera ikut program pemberdayaan BTPN Syariah karena tak ingin bergantung pada suami. Sebab, banyak ibu-ibu yang tidak bisa memberi uang saku pada anaknya lantaran keterbatasan uang belanja.
Puri mengatakan program pemberdayaan memiliki agenda rutin pertemuan antarnasabah dalam satu daerah atau disebut PRS. Salah satu tujuannya, yakni membangun kedisiplinan dan perilaku BDKS. PRS diadakan dua kali dalam satu bulan.
Kepala Pendanaan Ritel dan Grosir BTPN Syariah Shita S Priyandani mengatakan salah satu syarat menjadi Melati Putih Bangsa adalah memiliki perpaduan hati dan keterampilan. Dia mengatakan kedua elemen itu harus berjalan beriringan agar menjadi pendorong nasabah prasejahtera.