REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengetatan likuiditas menjadi salah satu tantangan perbankan tahun depan, tidak hanya bagi bank konvensional tapi juga bank syariah. Corporate Secretary BRI Syariah Indriati Tri Handayani mengatakan sampai saat ini likuiditasnya masih cukup solid.
Dia tidak memungkiri tahun depan memang ada ancaman pengetat likuiditas. "Kita pun memilih sejumlah strategi peningkatan penghimpunan dana untuk hadapi persoalan likuiditas," ujarnya kepada Republika.co.id, Rabu, (19/12).
Beberapa strategi yang disiapkan di antaranya meningkatkan pemasaran layanan payroll. Kemudian melakukan peningkatan layanan digital banking untuk meningkatkan CASA (dana murah) dan transaksi.
BRI Syariah menargetkan, Dana Pihak Ketiga (DPK) pada 2019 bisa tumbuh di atas 20 persen dibandingkan 2018. Sebelumnya, per akhir September lalu penghimpunan DPR BRI Syariah sebesar Rp 27,76 triliun atau secara year on year (yoy) tumbuh 9 persen dari periode sama pada 2017 yang sebesar Rp 25,36 triliun.
Sebagai informasi, total Aset BRI Syariah pada kuartal III 2018 juga naik sebesar 19 persen secara year on year (yoy) menjadi Rp 36,18 triliun. Sebelumnya pada periode sama tahun lalu sebesar Rp 30,42 triliun.
Lalu pembiayaan tumbuh sebesar 14 persen secara yoy. Maka pembiayaan meningkat dari Rp 18,66 triliun pada akhir September 2017 menjadi Rp 21,28 triliun pada September 2018.
Sementara dari sisi laba, BRI Syariah membukukan laba bersih per September 2018 sebesar Rp 151 miliar. Angka itu meningkat 19 persen yoy dari posisi sama pada tahun lalu yang mencapai laba sebesar Rp 127 miliar.