REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Pusat Statistik (BPS) awal bulan ini merilis data nilai tukar petani (NTP) November secara nasional mencapai 103,12, naik sebesar 0.09 persen dibandingkan bulan sebelumnya. Kepala Biro Humas dan Informasi Publik Kementerian Pertanian (Kementan) Kuntoro Boga Andri mensyukuri rilis terbaru dari BPS tersebut.
Kenaikan NTP pada November menandakan tren NTP tahun ini sangat positif, bahkan terbaik selama lima tahun terakhir. Berdasarkan data BPS, NTP Januari – November pada 2014 mencapai 102,09; pada 2015 mencapai 101,48; 2016 mencapai 101,66; dan 2017 mencapai 101,11.
“Dari Januari hingga bulan November ini, tercatat NTP 2018 mencapai 102,40, meningkat 1,29 persen dibandingkan tahun lalu,” kata Boga.
Tren positif NTP tahun ini disebut Boga menjadi indikasi terus meningkatnya kesejahteraan petani. NTP merupakan salah satu indikator untuk melihat tingkat kemampuan atau daya beli petani di perdesaan.
“NTP juga menunjukkan daya tukar (terms of trade) dari produk pertanian dengan barang dan jasa yang dikonsumsi maupun untuk biaya produksi. Semakin tinggi NTP, secara relatif semakin kuat pula tingkat kemampuan atau daya beli petani,” sebut Boga.
Selain NTP, kenaikan juga terjadi pada Nilai Tukar Usaha Pertanian (NTUP). NTUP November 2018 mencapai 111,92 naik 0,01 dibanding bulan sebelumnya.
“Sedangkan bila dibandingkan NTUP November tahun lalu, NTUP November 2018 meningkat 0,20 persen,” ujar Boga.
Tren NTUP selama lima tahun terakhir memang konsisten terus menanjak. Data BPS menyebutkan, pada 2014 nilai NTUP hanya 106,05. Kemudian naik berturut-turut menjadi 107,44 pada tahun 2015, 109,83 (2016), dan 110,03 (2017).
“Hingga bulan November kemarin, NTUP 2018 tercatat capai 111,79. Rata-rata NTUP tersebut lebih tinggi dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Dengan kenaikan NTP dan NTUP ini, dapat dipahami bahwa selama empat tahun terakhir, kesejahteraan petani terus alami perbaikan,” tutup Boga.