REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT BNI Syariah memiliki visi dalam transformasi digital. Sekretaris Perusahaan Bank BNI Syariah, Rima Dwi Permatasari mengatakan BNI Syariah sudah dua tahun menyiapkannya.
Pengukuhan dilakukan saat menginjak milad ke delapan pada 19 Juni 2018 lalu, melalui peluncuran digitalisasi perbankan yang bernama Hasanah Digital Universe. Konsep ini mengawinkan era digitalisasi kekinian dengan ajaran Islam yang universal dan tak lekang oleh waktu, juga tagline utama BNI Syariah yaitu Hasanah.
"Keberadaan BNI Syariah di industri perbankan masih tergolong muda. Kami berusaha mengikuti perkembangan zaman dengan tetap mengedepankan kemanfaatan yang tak terhingga, tetapi tidak meninggalkan esensi syariah Islam untuk berbagi dengan sesama," kata Direktur Utama BNI Syariah, Abdullah Firman Wibowo ketika itu.
Digitalisasi sudah menjadi kebutuhan sangat mendesak di era milenial saat ini. Menurut Rima, BNI syariah memulai dengan penataan organisasi melalui pembentukan divisi Digital Bisnis. Kemudian lanjut menyusun strategi operasional digital banking.
"BNI Syariah mengacu pada dua pilar, yaitu digital banking process dan startup collaboration," kata dia pada Republika.co.id, Sabtu (16/12).
Tahun 2017, alokasi belanja Teknologi Informasi mencapai Rp 80 miliar. Tahun 2018 dianggarkan mencapai Rp 60 miliar dan sampai akhir Oktober baru terpakai Rp 30 miliar.
"Tahun 2019 kami pakai anggaran baru," katanya.
Investasi dana TI banyak digunakan untuk perbaikan server, sedangkan data center masih akan gabung dengan induk Bank BNI.
Penggodogan sistem selama ini telah membuahkan sejumlah inovasi. Baik dari internal BNI Syariah, mengedepankan kolaborasi, maupun adopsi dari induk Bank BNI demi memberi kemudahan akses meluas pada nasabah. Salah satu yang diadopsi dari induk adalah kartu Yap.
Selain itu, aplikasi Cash Management (BNI Direct, Virtual Account, dan E-Collection) dan sinergi E-Channel (Debit, ATM, SMS Banking, Internet Banking, dan Mobile Banking). Kemudian, Sharia Channeling Outlet (SCO) yaitu Kantor Cabang BNI yang dapat melayani transaksi syariah tersebar di 1.584 kantor layanan SCO dan call center BNI 1500046.
Sementara, pengembangan yang dilakukan sendiri oleh BNI Syariah diantaranya aplikasi digital Wakaf Hasanah, Hasanah Personal, dan Hasanah Lifestyle, Financing Origination System berbasis mobile, Human Resource Integrated System, Whistle Blowing System (WBS) dan Risk Management System.
BNI Syariah mulai tahun ini juga mengedepankan kerja sama dengan perusahan rintisan berbasis teknologi (startup atau fintek). Terutama yang memiliki fokus bisnis di sektor ekosistem halal, properti, pendidikan dan ZISWAF.
Bulan Mei lalu, BNI Syariah menggandeng kerja sama dengan Ammana Fintech Syariah untuk sektor wakaf produktif. Lebih dari 23 lembaga wakaf yang tergabung dalam Forum Wakaf Produktif (FWP) ikut serta dalam program ini.
Digital wakaf dipandang menjadi salah satu solusi untuk mendorong partisipasi masyarakat. Beribadah sekaligus membantu pembangunan negeri kini hanya butuh satu klik.
Kerja sama dilakukan dalam hal pemanfaatan produk dan jasa perbankan syariah yakni Virtual Account terhadap penghimpunan dana wakaf. Dengan memanfaatkan Virtual Account, wakif (orang yg berwakaf) akan dipermudah dengan pembayaran yang otomatis akan terkonfirmasi.
Peer to Peer Lending oleh Ammana juga telah memanfaatkan Virtual Account BNI Syariah. Kehadiran fintek menjadi pangsa pasar baru bagi BNI Syariah untuk menawarkan layanan virtual account. Jumlah pengguna VA BNI Syariah kini lebih besar dibandingkan sebelum ada fintek. Ini berpengaruh signifikan pada funding dari dompet digital tersebut.
Pertumbuhan funding BNI Syariah tahun 2018 diperkirakan mencapai 27 persen. Jumlah itu naik tipis dibandingkan tahun sebelumnya sekitar 20-25 persen. Pertumbuhan funding termasuk dalam hal produk, prinsip pendanaan, dan biaya-biaya lain.
Pemimpin Divisi Dana Ritel BNI Syariah, Bambang Sutrisno mengatakan keberadaan fintek syariah tentu memudahkan upaya untuk membawa kemaslahatan bagi seluruh umat. "Kami sangat antusias dengan hadirnya fintek syariah yang mau mendorong perekonomian umat khususnya melalui wakaf produktif," kata dia.
Teller Bank BNI Syariah melayani nasabah.
BNI Syariah menilai fintek bukanlah pesaing perbankan karena terobosannya. Melainkan rekan bersinergi dalam rangka membangun perekonomian syariah di Indonesia yang lebih masif.
Selain itu, penandatanganan kerja sama juga dilakukan dengan PT Waqara Karya Indonesia yang merupakan salah satu perusahaan rintisan teknologi dengan fokus layanan solusi perencanaan keuangan dan pembiayaan untuk perjalanan umroh. Kolaborasi ini dilatarbelakangi oleh semakin banyaknya penipuan umrah.
Penipuan yang dilakukan oleh travel provider dalam dua tahun belakangan disebut mendulang kerugian mencapai Rp 4,5 triliun. Hal itu menjadi salah satu alasan BNI Syariah menggencarkan program untuk ibadah haji dan umrah yang terpercaya.
Per Agustus 2018, BNI Syariah telah berhasil menghimpun dana dari produk haji, Tabungan BNI iB Baitullah Hasanah sebesar Rp 1,5 triliun dengan jumlah rekening sebesar 563.995 rekening. Bidang kerjasama yang dilakukan yakni pembukaan rekening iB Baitullah Hasanah dan Fleksi Umrah untuk pembiayaan Umrah bagi pengguna aplikasi Waqara.
Menyongsong tahun 2019, BNI Syariah siap menghidangkan sejumlah inovasi lanjutan. Seperti aplikasi-aplikasi yang dikembangkan sendiri untuk haji dan umroh, juga pembayaran QR Code. Saat ini izinnya masih menunggu Otoritas Jasa Keuangan.
Selain itu akan ada produk baru Hasanah dan Life Style yang dilengkapi dengan payment serta QR Code. Kolaborasi sinergisitas dengan perusahaan rintisan atau startup juga akan terus dilakoni.
Contoh kerja sama dengan Eatcon untuk komunikasi pembimbing haji umroh dan jamaah dengan telepon pintar. BNI Syariah juga memiliki aplikasi ustadku untuk mempertemukan jamaah yang butuh ustaz. Di sana tertera daftar ustaz beserta jadwal ceramahnya. Ada juga aplikasi untuk pendidikan dan sekolah.
Pengamat Teknologi Informasi dan Magister Ilmu Komputer IPB, Dean Apriana Ramadhan mengatakan perbankan syariah punya peluang besar untuk nyalip teknologi. Market syariah biasanya adalah orang-orang yang paham dan sebagian besar berada di kota-kota metropolitan.
"Jadi sektor digital experience itu jangan ditinggalkan, disamping tetap pada syiar syariah, jangan lupa membungkus syariah dengan teknologi," kata dia kepada Republika.co.id.
Fintek menjadi peluang karena iklim mereka sangat mendorong untuk inovasi. Mereka lihai membuat produk, cepat tes di pasar, cepat mendapat feedback. Perbankan syariah sebagai lembaga yang sangat diregulasi harus memanfaatkan keleluasaan berkolaborasi ini.
Tahun 2019, kata Rima, BNI Syariah targetkan akan membuka 27 outlet baru. Pertumbuhan jumlah cabang BNI Syariah mencapai 25 persen per tahun. Saat ini jumlahnya mencapai 349 outlet syariah yang tersebar di seluruh Indonesia, terdiri dari cabang utama, cabang pembantu dan kantor kas.
Meski digitalisasi terus dikebut, layanan cabang dianggap tetap penting. BNI Syariah juga melakukan perbaikan di layanan call center yang masih gabung dengan induknya. Dukungan teknologi informasi dan jaringan saluran distribusi dari induk mencakup 16 ribu ATM BNI, ATM Bersama, ATM Prima, dan berlogo Maestro juga Cirrus di seluruh dunia.
Pengembangan website juga terus dilakukan untuk menjaga kenyamanan nasabah yang kini serba milenial. Bulan September lalu, BNI kembali meraih penghargaan dari Majalah Marketing dengan lembaga survey independen, Survey One dalam ajang Digital Marketing Award 2018. BNI Syariah kembali menerima pengakuan The Best Website Sharia Bank untuk kedua kalinya.
BNI Syariah Raih The Best Website Bank Syariah.
Deputi Gubernur Bank Indonesia, Sugeng, pada pelaksanaan Indonesia Sharia Economic Festival (ISEF) 2018 sempat mengatakan teknologi digital adalah cara mendorong pertumbuhan ekonomi dan keuangan syariah. Jika maju dan masif, maka tujuan kemaslahatan yang merata dan berkesinambungan bukan lagi mimpi.
"Ada potensi dan peluang yang sangat besar, tinggal bagaimana kita gencar memanfaatkannya," kata dia, di Surabaya, Selasa (12/12) lalu.
Rima mengatakan BNI Syariah menargetkan pertumbuhan bisnis sebesar 16-18 persen untuk tahun depan. Sebetulnya potensi pertumbuhan bisnis bisa lebih besar lagi target namun BNI Syariah lebih memilih menjaga likuiditas agar tetap stabil.
BNI Syariah tetap yakin pertumbuhan bisnis bisa meningkat meski terpapar tantangan eksternal. Target laba tahun 2019 diproyeksikan akan tumbuh 35 persen dan target pendapatan naik 25-30 persen.
BNI Syariah mencatatkan laba bersih sebesar Rp 306,6 miliar pada triwulan III 2018. Jumlah ini naik 24,3 persen dari bulan September tahun 2018 sebesar Rp 246,6 miliar. Sementara, aset pada triwulan III tahun 2018 mencapai Rp 38,9 triliun atau naik sebesar 21,5 persen secara year on year (yoy). Angka tersebut lebih tinggi dari pertumbuhan industri sebesar 14,2 persen.