REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Program wakaf produktif menjadi inisiatif baru pengembangan Wakaf, agar lebih bermanfaat di masyarakat. Istilah wakaf produktif merujuk pada skema pengelolaan wakaf. Harta benda yang diwakafkan digunakan dalam kegiatan produksi dan hasilnya di salurkan sesuai dengan tujuan wakaf.
Ketua Pelaksana Badan Wakaf Indonesia (BWI), Mohammad Nuh mengatakan wakaf produktif telah terbukti mampu menjadi instrumen kesejahteraan. Sebab model wakaf produktif bukan hanya sekedar ada aktivitas pengumpulan wakaf, namun juga bermanfaat dan lebih besar lagi bagi umat dan bangsa.
"Yang kita inginkan bukan sekedar ada, tapi adanya itu hasil wakaf yang bisa membebaskan kemiskinan, tapi sekaligus sustain, atau terus menerus bermanfaat untuk jangka panjang. Dan itulah yang membedakan wakaf produktif, dengan zakat dengan infaq," kata M Nuh di forum diskusi ISEF 2018 tentang 'Inovasi Wakaf untuk Kemartabatan dan Kemakmuran Bangsa', Rabu (12/12) di Surabaya.
Mantan Menteri Pendidikan ini menyebut, ciri peradaban Islam yang maju tersebut adalah maju dalam pengelolaan wakafnya. Dan wakaf produktif menjadi kunci, karena aset wakaf yang terkumpul dikelola secara produktif sehingga nilainya yang dirasakan, bisa lebih besar. Tidak hanya sekedar berlomba-lomba menumpuk aset wakaf.
"Selesaikan kompetisi hanya kumpulkan aset wakaf, kita ingin membangun kerjasama antar pengelola harta wakaf. Kita harus satu proyek dalam mengelola wakaf menjadi produkttif," tegas Nuh.
Untuk itu, Nuh memandang perlu dibentuk ekosistem wakaf produktif. Kalau ekosistemnya sudah terbangun maka, ia yakin, orang mewakafkan hartanya tidak membutuhkan energi yang besar. Termasuk BWI menekankan perlunya membangun literasi perwakafan, untuk melaksanakan wakaf produktif.
Elemen lain yang tidak kalah penting mewujudkan wakaf produktif adalah saling sinergi antar lembaga wakaf. "Perlu saling bantu project wakaf yang bersama, termasuk perbankan syariah ikut berbondong bondong dengan nazhir (pihak penerima harta) wakaf, agar harkat dan martabat bangsa bisa bangkit," katanya.
Ke depan, BWI berharap dengan wakaf produktif, umat Islam bisa berkontribusi lebih nyata pada pembangunan ekonomi nasional. Membangun Jalan tol, rumah sakit-rumah sakit, pabrik hingga pelabuhan yang dibangun oleh wakaf. Sehingga wakaf ini menjadi oksigen, yang terus masuk mendukung pembangunan di indonesia.
"Kalau islamic social fund (wakaf, zakat, infak dan sedekah) digabungkan dengan islamic commercial fund (sukuk), ini bisa membangun Indonesia yang luar bisa. Islam benar benar menjadi rahmatan lilalamin. Jadi bukan hanya jargon tapi dibuktikan dengan perbuatan," imbuh Nuh.
Baca juga, BWI Apresiasi Program Wakaf Produktif