REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Kurs dolar AS menguat terhadap mata uang utama lainnya pada akhir perdagangan Senin (10/12) atau Selasa (11/12) pagi WIB. Penguatan dolar AS ini terjadi di saat poundsterling turun tajam setelah Perdana Menteri Inggris Theresa May menunda pemungutan suara parlemen tentang kesepakatan Brexit yang direncanakannya.
Poundsterling jatuh ke tingkat terendah sejak 21 bulan setelah pemerintahan May mengkonfirmasi untuk menunda pemungutan suara yang menentukan tentang kesepakatan Brexit yang sebelumnya dijadwalkan pada Selasa (11/12). Keputusan May ini memicu kepanikan luas atas ketidakpastian kesepakatan Brexit dan memperdalam volatilitas politik di Eropa.
May mengatakan, dia akan mengadakan pembicaraan darurat dengan para pemimpin Uni Eropa untuk mendiskusikan kemungkinan perubahan backstop dan membela rencananya dengan mengatakan, "tidak diragukan lagi bahwa ini adalah kesepakatan Brexit yang tepat."
Dengan tenggat waktu keluar yang ditetapkan hanya lebih dari tiga bulan pada 29 Maret, memperingatkan orang-orang yang mempertimbangkan referendum lain harus jujur pada risiko tepecahnya Inggris Raya.
Pada akhir perdagangan New York, euro jatuh menjadi 1,1352 dolar AS dari 1,1421 dolar AS pada sesi sebelumnya, dan pound Inggris turun menjadi 1,2557 dolar AS dari 1,2751 dolar AS di sesi sebelumnya. Dolar Australia turun menjadi 0,7185 dolar AS dari 0,7209 dolar AS.
Dolar AS dibeli 113,20 yen Jepang, lebih tinggi dari 112,64 yen Jepang pada sesi sebelumnya. Dolar AS meningkat menjadi 0,9897 franc Swiss dari 0,9892 franc Swiss, dan menguat menjadi 1,3411 dolar Kanada dari 1,3282 dolar Kanada.