REPUBLIKA.CO.ID, TANGERANG -- Kepala Pengembangan Wilayah Bursa Efek Indonesia (BEI) M Khadafi Mukrom mengajak mahasiswa Universitas Pamulang, Tangerang, untuk terlibat dalam pasar modal dengan menjadi investor. Menurutnya, pasar modal bukan semata milik investasi berskala besar atau mereka yang sudah piawai selama bertahun-tahun, juga mahasiswa.
Khadafi mengatakan, jumlah investor di Indonesia masih sedikit, yakni sekitar 1 juta orang. Total tersebut tidak sampai satu persen dari jumlah penduduk Indonesia yang mencapai 250 juta. "Dibanding dengan negara lain di Asia Tenggara, Indonesia sedikit tertinggal," ujarnya dalam Seminar Pasar Modal di Universitas Pamulang, Senin (3/12).
Khadafi menjelaskan, setidaknya ratusan perusahaan kini sudah go public. Artinya, mereka menawarkan saham atau efek kepada masyarakat berdasarkan tata cara yang diatur oleh UU Pasar Modal dan Peraturan Pelaksanaannya. Kondisi ini memperlihatkan, masyarakat memiliki banyak pilihan untuk membeli saham.
Bagi mahasiswa, Khadafi mengatakan, memiliki banyak potensi dan cara untuk terlibat aktif sebagai investor. Termasuk melalui fasilitas Galeri Investasi (GI) yang tersebar di sejumlah perguruan tinggi di Indonesia. Termasuk di Universitas Pamulang yang juga baru diresmikan.
GI memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk belajar mengelola keuangan di pasar modal. Manfaat ini akan lebih dirasakan ketika mereka sudah lulus kuliah dan memiliki pendapatan sendiri. "Seperti diketahui, saham merupakan alternatif yang menjanjikan dalam memberikan pendapatan tambahan," ujar Khadafi.
Khadafi mencatat, selama 10 tahun terakhir, indeks bursa saham di Indonesia mengalami tren membaik. Artinya, investasi saham menghasilkan return lebih tinggi dibandingkan produk investasi lain. Apabila sejak usia dini sudah investasi, ia optimistis, mahasiswa bisa mendapatkan manfaatnya di masa mendatang.
Capital Market Trainer dari BEI Banten Aldiansyah Akbar mengatakan, investasi merupakan kegiatan yang sebaiknya memang diimplementasikan sejak dini. "Banyak yang bilang, mau menunggu ekonomi stabil dulu baru investasi. Padahal, tidak begitu. Investasi baiknya dimulai dari sekarang," ucapnya.
Aldi mengatakan, ada beberapa faktor yang mendorong mahasiswa sebaiknya memulai berinvestasi. Di antaranya, tingkat inflasi di Indonesia tiga hingga empat persen yang menyebabkan harga produk terus mengalami kenaikkan. Ia memberikan contoh, burger di salah satu gerai fast-food yang memiliki harga Rp 4.600 pada 1997, kini dijual dengan harga Rp 32.500. Selama 21 tahun, terjadi peningkatan 600 persen.
Kondisi ini kontras dengan tingkat pendapatan yang cenderung tetap atau kenaikannya tidak sesignifikan inflasi. Oleh karena itu, Aldi menjelaskan, mahasiswa sudah sepatutnya mengubah pendapatan tetap menjadi investasi saham jangka panjang untuk melawan inflasi. "Kenapa jangka panjang? Karena saham juga bisa diwariskan," ucapnya.
Senior Equity Research Analyst PT Lotus Sekuritas Krishna Dwi Setiawan mengatakan, saham merupakan unsur investasi yang memiliki return paling besar dibandingkan hasil investasi lain. Tapi, dalam pelaksanaannya, tidak bisa dilaksanakan secara sembarang.
Krishna mengatakan, kunci utama agar investasi saham menghasilkan nilai maksimal adalah kesabaran. Hal ini yang menyebabkan investasi saham tidak dapat dilakukan oleh semua orang. Sebab, untuk mendapatkan hasil besar, butuh waktu cukup panjang.
Krishna menjelaskan, investasi bukanlah konsep ekonomi yang dapat berlangsung secara instan dan memiliki resiko. Tapi, saham mempunyai resiko yang paling dapat dikendalikan. "Intinya, jangan mau asal cepat. Kita harus jadi investor, bukan spekulator," ucapnya.
Ketua Program Studi S1 Akuntansi Universitas Pamulang Endang Ruhiyat mengatakan, di program studi akuntansi, ada satu mata kuliah yang memiliki kaitan erat dengan investasi dan saham. Tapi, untuk belajar pasar modal, tidak selamanya dapat berpangku dari teori, melainkan dibutuhkan praktik untuk pendalaman.
Endang menjelaskan, salah satu fasilitas yang akan dimanfaatkan secara maksimal adalah GI. Ia berharap, GI memberikan manfaat besar, tidak hanya untuk mahasiswa akuntansi, juga mahasiswa Universitas Pamulang. "Nanti akan ada program untuk mendayagunakan GI semaksimal mungkin," ujarnya.