REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ekonom senior Boediono mengatakan kondisi perekonomian dunia saat ini masih rentan terhadap krisis. Kondisi ini disebabkan masih adanya ketidakpastian yang tidak dapat diprediksi arahnya.
"Ekonomi dunia masih rentan terhadap instabilitas maupun krisis, ini inheren dalam sistem," kata Boediono dalam forum diskusi "Winning in a Turbulent Economy" di Jakarta, Rabu (28/11).
Boediono mengatakan krisis ini dapat terjadi kapan saja dan tidak ada yang bisa memperkirakan datangnya, apalagi tidak ada satupun negara tidak mempunyai resep mujarab untuk mengatasi hal ini. Untuk itu, Wakil Presiden periode 2009-2014 menambahkan upaya untuk memperkuat daya tahan perekonomian domestik harus terus dilakukan secara konsisten.
Upaya itu antara lain melalui penguatan koordinasi antara otoritas fiskal maupun moneter serta pelaksanaan reformasi struktural secara berkelanjutan. "Kita punya institusi yang bisa berkoordinasi dengan baik untuk makro dan moneter serta reformasi struktural. Ini bisa menurunkan risiko instabilitas atau krisis ekonomi," ujar Boediono.
Guru Besar FE UGM ini juga menceritakan kisah ketika Indonesia berkali-kali mampu bertahan dari krisis karena adanya kebijakan mitigasi yang tepat. Ia bahkan menceritakan upaya penyelamatan Bank Century pada 2008 yang dilakukan untuk menjaga kepercayaan masyarakat terhadap sistem perbankan.
"Menurut pandangan kami, suasana waktu itu sudah sangat serius dan perlu ditangani. Kita sudah satu pikiran, jangan sampai ekonomi jeblok lagi karena biaya ekonominya besar sekali," ujarnya.
Boediono mengakui tidak memikirkan risiko politik ketika pengambilan keputusan dilakukan karena kebijakan itu diambil berdasarkan pertimbangan ekonomi. "Kami tidak pernah berpikir risiko politik, karena apa yang terbaik dari praktik ekonomi dan kebijakan terbaik, itu yang kita ambil. Jadi satu-satunya opsi, kalau bank sakit jangan ditutup saat itu," ujarnya.