Senin 26 Nov 2018 05:10 WIB

Investor Berharap Tensi Perang Dagang Menurun di KTT G20

Hubungan Cina dan AS sedang memanas akibat perang tarif perdagangan

Rep: Fira Nursyabani/ Red: Nidia Zuraya
Perang dagang AS dengan Cina
Foto: republika
Perang dagang AS dengan Cina

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON - Sebagian besar perhatian pada KTT G20 yang akan diselenggarakan di Buenos Aires, Argentina, pekan ini justru akan terfokus pada agenda di sela-sela acara utama. Presiden AS Donald Trump diperkirakan akan bertemu dengan Presiden Cina Xi Jinping, saat perang dagang antara kedua negara semakin merajalela.

The Guardian melaporkan, investor berharap pertemuan antara kedua pemimpin itu akan menurunkan ketegangan dalam perang dagang yang sejauh ini telah menyebabkan penurunan harga saham besar, terutama di saham teknologi AS.

Permainan tarif dua negara atas produk ekspor satu sama lain telah bergemuruh selama berbulan-bulan. Saat itu Trump tengah mencoba memenuhi janjinya untuk membantu menciptakan lebih banyak pekerjaan manufaktur bagi warga AS.

Tarif tinggi yang dikenakan AS telah menjadi penyebab dari melemahnya sektor manufaktur Cina yang kuat. Kenaikan tarif telah diberlakukan AS untuk barang-barang Cina dalam tiga putaran.

Cina kemudian membalasnya dengan memberlakukan tarif hingga 110 miliar dolar AS bagi barang-barang AS. Trump lalu mengancam akan memberlakukan tarif pada ekspor Cina ke AS sebesar 500 miliar dolar AS-plus, jika perang dagang tidak dapat diselesaikan.

Awal bulan ini, saham Asia melonjak ketika muncul laporan bahwa Trump ingin mencapai kesepakatan dengan Cina. Di Twitter, Trump mengatakan pembicaraan dengan Cina berjalan dengan baik.

Beberapa hari kemudian, Xi berjanji untuk menurunkan tarif impor dan meningkatkan akses ke pasar Cina. Namun, meski Xi mengklaim Cina telah memasuki putaran baru pembukaan tingkat tinggi, dia tidak membuat konsesi konkret ke Gedung Putih.

Dalam KTT APEC di Papua Nugini, para pemimpin Asia-Pasifik gagal menjembatani jurang pemisah dalam perdagangan. Untuk pertama kalinya, para pemimpin itu tidak menyetujui deklarasi tertulis resmi, di tengah perbedaan tajam antara dua ekonomi teratas dunia atas aturan perdagangan global.

"Cina tidak secara mendasar mengubah praktiknya yang tidak adil, tidak masuk akal, dan mendistorsi pasar," kata perwakilan perdagangan AS, Robert Lighthizer, dikutip The Guardian.

Wakil Presiden AS Mike Pence mengatakan Trump siap untuk menaikkan tarif lebih tinggi. Menurutnya, strategi AS tidak akan berubah sampai Cina mengubah praktiknya.

Pekan lalu, penasihat Gedung Putih Larry Kudlow mengatakan dia berharap akan ada pertemuan langsung antara kedua negara untuk membahas perang dagang di KTT G20. Hal ini dilakukan setelah delegasi Cina membatalkan perjalanan mereka ke Washington untuk melakukan pembicaraan.

"Ini akan menjadi inti di G20 - saya pikir itu adalah titik kunci," kata Kudlow.

Trump sebelumnya mengatakan, 142 konsesi yang ditawarkan oleh Cina tidak dapat diterima. Meski demikian, dia mengaku kesepakatan bisa dipecahkan sebelum tahun baru.

Pertemuan antara kedua pemimpin itu tidak akan menjadi satu-satunya hal yang ditunggu dalam KTT G20. Putra Mahkota Saudi Mohammad bin Salman, yang secara luas dicurigai telah memerintahkan pembunuhan jurnalis Jamal Khashoggi, juga diperkirakan akan hadir.

Sejumlah investor akan berada dalam dilema apakah akan memutuskan untuk berpartisipasi dalam pertemuan dengannya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement