Jumat 23 Nov 2018 14:22 WIB

Delegasi OKI Bahas Harmonisasi Halal Vaksin dengan Bio Farma

Hampir di semua negara OKI belum mengimplementasikan kehalalan untuk vaksin dan obat

Rep: Arie Lukihardianti/ Red: Gita Amanda
Menteri Kesehatan Nila F Moeloek (ketiga kanan) bersama Kepala BPOM Penny K Lukito (kedua kanan) berfoto bersama delegasi sebelum membuka pertemuan pertama Kepala Otoritas Regulatori Obat (NMRAs) negara anggota OKI di Jakarta, Rabu (21/11/2018).
Foto: Antara/Wahyu Putro A
Menteri Kesehatan Nila F Moeloek (ketiga kanan) bersama Kepala BPOM Penny K Lukito (kedua kanan) berfoto bersama delegasi sebelum membuka pertemuan pertama Kepala Otoritas Regulatori Obat (NMRAs) negara anggota OKI di Jakarta, Rabu (21/11/2018).

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Sejumlah delegasi negara Organisasi Kerja sama Islam (OKI) mengunjungi Bio Farma di Bandung, Jumat (23/11). Dalam pertemuan ini, sama seperti pertemuan sebelumnya di Jakarta, delegasi negara OKI membahas mengenai harmonisasi halal vaksin dan obat di negara-negara OKI. 

"Diskusi tentang hal itu berlanjut di Bandung," ujar Direktur Utama Bio Farma, M Rahman Roestan, kepada wartawan.

Rahman mengatakan, vaksin yang diproduksi oleh Indonesia dari sisi kualitas, dari sisi khasiat, dari sisi keamanan, quality, safety, efficacynya sudah memenuhi syarat.

"Jadi kami dukung sekali program ini dan kami juga siap untuk diajak kerja sama oleh negara-negara  islam untuk memunculkan kemandirian di wilayah negara OKI," katanya.

Rahman menilai, vaksin dan obat-obatan yang menjadi prioritas di dunia global itu adalah aspek quality, safety, efficacy, atau thoyibannya. Hampir di semua negara OKI, belum mengimplementasikan kehalalan untuk vaksin dan obat-obatan.

"Nah dari sinilah kita mencoba untuk mempelajari bagaimana harmonisasi untuk negara-negara OKI. Supaya nanti bisa menjamin tuntutan bukan hanya masyarakat indonesia tetapi negara Islam keseluruhan,” kata Rahman.

PT Bio Farma, kata Rahman, mendukung sekali kesepakatan dari para delegasi untuk merumuskan dan menyusun suatu working grup untuk sama-sama mengkaji masalah ini. Agar, tidak ada lagi keraguan.

"Dan ini tentunya dari sisi scientific dan dari sisi fikih ini harus dipertemukan," katanya.

Hal ini, kata dia, menjadi suatu tantangan bagi negara-negara islam bahwa ke depannya kehalalan itu bagaimana bisa diimplementasikan untuk vaksin dan obat-obatan.

Selain membahas tentang harmonisasi halal vaksin dan obat di negara OKI, menurut Rahman, pertemuan ini juga melakukan identifikasi potensial researcher di negara masing-masing dan potensial resourcer di negara mereka.

“Nanti dari hasil GAP analysis kita bisa rumuskan kerja samanya seperti apa. Tentunya kami siap untuk kirim expert kami ke tiap negara islam dan kami juga siap untuk menerima negara-negara Islam untuk belajar di sini," kata Rahman.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement