REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Presiden Amerika Serikat (AS) memuji upaya Arab Saudi yang membantu menurunkan harga minyak. Hal itu ia sampaikan Trump di tengah kondisi tingginya tekanan kepada AS untuk memberikan sanksi pada sekutu Timur Tengahnya atas pembunuhan jurnalis Saudi Jamal Khashoggi.
Dama cicitannya di Twiter, Trump berterima kasih pada Riyadh yang telah berpartisipasi dalam penuruna harga minyak dalam beberapa waktu terakhir. Hal tersebut sangat membantu mendorong perekonomian AS.
"Harga minyak semakin rengah. Bagus! 54 dolar AS dari 82 dolar AS. Terima kasih, Arab Saudi, ayo turun lagi," demikian cicitan Trump.
Patokan global, minyak mentah Brent untuk pengiriman Januari bertambah 0,95 dolar AS atau naik 1,52 persen, menjadi menetap pada 63,48 dolar AS per barel di London ICE Futures Exchange. Sementara itu, minyak mentah AS, West Texas Intermediate (WTI), untuk pengiriman Januari naik 1,20 dolar AS atau 2,25 persen, menjadi berakhir pada 54,63 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange.
Oil prices getting lower. Great! Like a big Tax Cut for America and the World. Enjoy! $54, was just $82. Thank you to Saudi Arabia, but let’s go lower!
— Donald J. Trump (@realDonaldTrump) November 21, 2018
Meskipun mengalami kenaikan, pasar minyak masih lemah dengan penurunan lebih dari enam persen. Sementara, pasar ekuitas dunia jatuh akibat kekhawatiran tentang prospek ekonomi.
Minyak mentah Brent telah jatuh lebih dari 25 persen sejak mencapai tertinggi empat tahun di 86,74 dolar AS pada 3 Oktober. Hal ini mencerminkan perkiraan permintaan yang melambat dan pasokan yang banyak dari Arab Saudi, Rusia dan Amerika Serikat.
Organisasi negara pengekspor minyak (OPEC) dan para sekutunya akan bertemu dalam dua pekan ke depan. Mereka berencana menahan produksi agar pasokan tidak terus meningkat.
Rusia, dan produsen-produsen lainnya mempertimbangkan pemotongan pasokan antara satu juta barel per hari (bpd) hingga 1,4 juta barel per hari pada pertemuan 6 Desember, kata sumber yang akrab dengan masalah itu. Namun, Arab Saudi mungkin merasa lebih sulit untuk bertindak mendukung harga, kata para analis, setelah pujian dari Trump terkait harga minyak tersebut.
Riyadh dapat merasa lebih cenderung untuk memperhatikan tuntutan AS setelah Trump berjanji pada Selasa (20/11) untuk menjadi mitra setia' Arab Saudi, meskipun mengatakan Putra Mahkota Mohammed bin Salman mungkin tahu tentang rencana untuk membunuh jurnalis Jamal Khashoggi.