Senin 19 Nov 2018 07:59 WIB

Kementan Turunkan Tim Tangani Kasus Ayam Mati di Banyumas

Tim melakukan investigasi ketika laporan diterima

Red: EH Ismail
Direktur Perbibitan dan Produksi Ternak Kementan Sugiono
Direktur Perbibitan dan Produksi Ternak Kementan Sugiono

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA --  Kementerian Pertanian (Kementan) turunkan tim investigasi untuk menyelidiki dan menindaklanuti kasus kematian ayam bantuan program Bedah Kemiskinan Rakyat Sejahtera (Bekerja) di kabupaten Banyumas. Direktur Perbibitan dan Produksi Ternak Kementan Sugiono mengatakan, tim mengecek penyebab kematian ayam tersebut.

“Tim dari Balai Besar Veteriner Wates sudah turun langsung ke Kabupaten Banyumas, Kecamatan Pekuncen Desa Glempong, dan desa Cikembulan untuk mengecek penyebab kematian ayam-ayam tersebut,” kata Sugiono saat dimintai keterangan via telepon, Ahad (18/11).

Menurut Sugiono investigasi sudah langsung dilakukan saat ada laporan. “Tepatnya 29 Oktober sampai dengan 1 November 2018, Tim Balai Besar Veteriner (BBVet) Wates turun ke lapangan,” ujarnya

Berdasarkan laporan yang diterima dari BBVet Wates, disebutkan gejala sakit yang nampak pada saat investigasi yaitu mata ayam bengkak, keluar leleran dari hidung, lesu dan nafsu makan berkurang. Dari hasil investigasi tersebut disimpulkan diagnosa klinisnya adalah penyakit SNOT dan Gumboro.

Sugiono menambahkan, laporan tim menyebutkan lingkungan kandang di lokasi kurang terjaga kebersihannya dan proses desinfeksi lingkungan tidak sesuai dengan anjuran kesehatan hewan. Terlihat dari obat desinfektan masih utuh atau tidak terpakai oleh rumah tangga miskin (RTM) penerima bantuan untuk membersihkan kandang. Sugiono menyebutkan sanitasi dan kebersihan lingkungan kandang sangat kuat berpengaruh dalam melindungi ternak dari penyakit yang ada.

“Hal ini terlihat dari RTM yang kandangnya bersih dan terawat, ayamnya masih utuh sebanyak 50 ekor dan semua dalam keadaan sehat. Padahal lokasinya berdekatan dengan kandang dua RTM yang ayamnya mati. Jadi kemungkinan disebabkan bakteri. Karena itu, kebersihan kandang menjadi kunci,” jelas Sugiono.

Dihubungi terpisah, Kepala BBVet Wates Bagoes Poermadjaja menyampaikan, hasil diagnosa secara klinis menunjukkan adanya gejala penyakit Coryza (CRD/SNOT) dan dugaan Gumboro. “Tim juga telah melakukan pengambilan sampel uji laboratorium, hasilnya masih menunggu”, ungkapnya menambahkan.

Menurutnya, adanya dugaan kematian akibat penyakit newcastle disease (ND) secara teknis bisa saja terjadi karena kekebalan yang ditimbulkan dari hasil vaksinasi akan turun seiring dengan berjalannya waktu.

Selain itu, Bagoes mengklarifikasi kabar bahwa jumlah kematian ayam capai puluhan ribu. berdasarkan investigasi yang dilakukan Tim BBVet Wetas, jumlah kematian ayam yang dibilang puluhan ribu merupakan akumulasi dari awal ayam didistribusi. Selain itu, data yang dihimpun bukan hanya dari Desa Cikembulan, melainkan dari seluruh Kabupaten Banyumas.

“Berdasarkan hasil investigasi dan laporan TKSK (Tenaga Kesejahteraan Sosial Kecamatan.res) ternyata ayam yang dijual didata sebagai ayam mati juga, sehingga menambah data jumlah ayam mati,” kata dia.

Untuk meningkatkan pengetahuan RTM,  sebelumnya BBVet Wates juga telah memberikan Bimbingan Teknis (Bimtek) mengenai Pemeliharaan Ayam kepada perwakilan RTM di setiap desa, Penyuluh Pertanian Kecamatan, TKSK dan Koordinator Bekerja Kecamatan (Korcam) untuk dapat menyebarkan ilmunya ke seluruh RTM.

“Sebagai upaya untuk menekan jumlah kematian juga telah dilakukan pemberian obat-obatan berupa desinfectan, multivitamin dan antibiotik  kepada RTM yang disertai dengan penyampaian arahan cara penggunaannya saat pembagian obat-obatan tersebut,” ujarnya.

Ia ungkapkan bahwa peternak itu memegang peranan penting dalam keberlangsungan pemeliharaan ternak ayam. “Kebersihan kandang dan penerapan tata cara pemeliharaan yang baik dan benar, termasuk pemberian pakan dan obat-obatan juga sangat penting agar ayam peliharaan tumbuh sehat”, ucap Bagoes.

Pendampingan Untuk Penerima Bantuan Program Bekerja

Kabupaten Banyumas merupakan salah satu penerima bantuan ternak ayam dari program Bedah Kemiskinan Rakyat Sejahtera (Bekerja) Kementerian Pertanian.  Sugiono yang juga bertugas sebagai penanggung jawab Program BEKERJA lingkup Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan, alokasi bantuan ternak ayam sudah 100 persen didistribusikan ke Kabupaten Banyumas, tepatnya ke sejumlah 4 kecamatan, 52 desa dengan jumlah penerima bantuan ternak ayam sebanyak 9.250 RTM.

"Bantuan dari Kementan sebanyak 462.500 ekor ayam, pakan sebanyak 1.387.500 kg dan 9.250 paket obat-obatan hewan yang terdiri dari desinfectan, multivitamin dan antibiotik,” tutur Sugiono.

Ia menambahkan, penerima bantuan ayam ini adalah rumah tangga miskin bukan peternak profesional, sehingga dalam proses budidaya atau pemeliharaan ayam tersebut mereka masih dalam tahap belajar. Karena itu, kehadiran semua pihak dari pusat dan daerah sangat diharapkan dalam mendampingi para RTM dalam beternak.

Untuk pendampingan ke RTM tersebut, selama ini Kementan selalu melakukan koordinasi dan melibatkan semua stakeholder, baik di tingkat provinsi maupun kabupaten. Ditjen PKH  pada 23 Juli 2018 telah bersurat kepada Kepala dinas yang membidangi fungsi peternakan dan kesehatan hewan baik provinsi maupun Kabupaten di lokasi BEKERJA untuk melakukan supervisi dan pelaksanaan program BEKERJA.

“Kita libatkan semua Dinas dan ada surat keputusannya sebagai Tim Pendamping dan Tim Pelaporan Perkembangan Ayam dari Program BEKERJA. Semua kegiatan mulai dari Sosialisasi awal rencana distribusi ayam semua dinas diundang dan saat distribusi ayam ke RTM selalu mendampingi di lapangan. Bimtek Pemeliharaan ayam, hingga Pelaporan perkembangan ayam selalu dilibatkan,” tutupnya.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement