Ahad 18 Nov 2018 22:24 WIB

Pengamat Nilai Peminjaman Jagung Kurang Tepat

Ia menyebut pinjaman kepada swasta akan menganggu klaim surplus jagung lokal

Seorang warga mengumpulkan jagung pakan ternak setelah proses penjemuran di Desa Pasi Timon, Teunom, Aceh Jaya, Aceh, Sabtu (17/2).
Foto: ANTARA FOTO
Seorang warga mengumpulkan jagung pakan ternak setelah proses penjemuran di Desa Pasi Timon, Teunom, Aceh Jaya, Aceh, Sabtu (17/2).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat sekaligus Guru Besar Institut Pertanian Bogor Dwi Andreas menyatakan, peminjaman jagung dari dua perusahaan pakan ternak dinilai kurang tepat. 

Dwi mengatakan, langkah Kementerian Pertanian (Kementan) memilih meminjam jagung dari 2 perusahaan pakan ternak besar (feedmill), yaitu Charoen Pokphand, dan Japfa, sebanyak 10 ribu ton, dinilai kurang pas dilakukan. Ia menjelaskan, volume 10 ribu ton pun sebenarnya bukan jumlah yang besar. 

Pasalnya, 10 ribu ton setara dengan produksi 1.000 hektare lahan jagung.  Jika jumlah ini saja dilakukan dengan meminjam, maka klaim surplus jutaan ton bisa menjadi pertanyaan publik.

Saat ini, kata dia, harga jagung bahkan ada yang mencapai Rp 6.000 per kilogram dan sangat memberatkan peternak sehingga pemerintah berupaya memberikan jagung kepada peternak dengan harga yang lebih terjangkau.

"Bulog kan disuruh pemerintah impor jagung 100 ribu ton. Nah ini kebutuhan bukan sebulan dua bulan lagi, tapi saat ini juga. Akhirnya terpaksa pinjam sana sini termasuk ke swasta," tuturnya. 

Sebelumnya Direktur Perbibitan dan Produksi Ternak (Dirbitpro) Kementan, Sugiono mengungkapkan, pinjaman masing-masing sebanyak 5 ribu ton kepada tiap feedmill dikarenakan memang sudah ada kekurangan jagung di lapangan. Sementara itu, impor jagung yang direkomendasikan Kementan membutuhkan waktu cukup lama untuk sampai ke Tanah Air. 

"Ini kan tetap ayam kudu makan jagung, nggak bisa menunggu. Jadi, kita meminjam dulu. Di lapangan memang tidak mencukupi jadi melakukan peminjaman dulu ya," ungkapnya. 

Nantinya pinjaman dari kedua feedmill tersebut akan diserahkan kepada Bulog. Badan logistrik tersebutlah yang nantinya akan menyalurkan jagung-jagung tersebut kepada para peternak yang membutuhkan jagung dengan harga Rp 4 ribu per kilogram. Pinjaman tersebut pun akan segera dikembalikan ketika impor jagung sebanyak 100 ribu ton tiba. 

"Tapi ini khusus untuk peternak kecil, peternak mandiri, yang UMKM itu," imbuhnya lagi. 

Sugiono melanjutkan, sebenarnya bukan hanya kepada Charoen Pokphand dan Japfa pihaknya meminta bantuan. Semua feedmill sudah diminta dan memang sebelumnya juga sudah melakukan CSR untuk membagikan jagung kepada peternak mandiri.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement