Selasa 13 Nov 2018 22:25 WIB

Pasokan Beras Seret, Bulog Sumbar Tambah Operasi Pasar

Intensitas hujan yang tinggi membuat pasokan beras dari petani menyusut

Rep: Sapto Andika Candra/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Pekerja sedang memindahkan karung beras (ilustrasi)
Foto: Republika/Sapto Andika Candra
Pekerja sedang memindahkan karung beras (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, PADANG -- Perum Bulog Divre Sumatra Barat menambah pasokan beras yang digelontorkan dalam operasi pasar. Bila biasanya pasokan beras untuk operasi pasar hanya 20-50 ton dalam satu hari, saat ini Bulog mengalirkan 70-100 ton beras per hari. 

Penambahan kuota beras untuk operasi pasar dilakukan karena pasokan dari petani menyusut, menyusul intensitas hujan yang tinggi di wilayah Sumbar dalam satu bulan terakhir. Data Dinas Pertanian Kota Padang, sekitar 70 hektar sawah terdampak banjir yang terjadi awal November ini. 

"Kapasitas untuk operasi pasar kami tingkatkan. Karena kondisinya, permintaan di lapangan meningkat sementara pasokan petani menurun akibat banjir di mana-mana," jelas Kepala Bulog Divre Sumbar Suharto Djabar, Selasa (13/11). 

Bulog mencatat, jumlah beras yang digelontorkan dalam operasi pasar selama Oktober saja menyentuh 1.200 ton, sekaligus yang tertinggi sepanjang 2018. Sementara pada November ini, sampai pekan kedua, operasi pasar oleh Bulog sudah menyalurkan 300 ton beras. 

Bulog, lanjut Suharto, juga terus memantau pergerakan harga beras di pasar. Bila hingga akhir tahun tren harga terus merangkak naik, maka Bulog akan masuk ke toko dan ritel. Sebanyak 20 ribu ton beras saat ini disiagakan di gudang-gudang Bulog di Sumbar untuk disalurkan hingga akhir 2018.

"Melihat situasi di lapangan, bahkan Desember nanti kami akan masuk ke permukiman juga. Karena kami khawatir hujan lanjut terus, barang tak dipasok justru warga ramai ke pasar, namun barang ngga ada di pasar kan bahaya," kata Suharto. 

Suharto memandang bahwa tingginya curah hujan di Sumatra Barat memang berdampak langsung pada fluktuasi pasokan beras dari petani. Terlebih, sebagian besar penggilingan di Sumatra Barat masih menjemur gabah dengan cara manual, tanpa mesin pengering. 

"Fokus kami saat ini menahan harga, terpenting menahan harga jangan sampai naik lagi," katanya. 

Hasil pengecekan di lapangan, harga beras di pasaran Kota Padang belum beranjak dari angka yang dipatok pedagang sejak pekan lalu. Berdasarkan pantauan di Pasar Raya misalnya, harga jual beras masih berkisar di rentang Rp 21 ribu hingga Rp 25 ribu per gantang, untuk seluruh jenis beras.

Sebagai informasi, masyarakat di Sumbar lebih akrab dengan satuan 'gantang' dibanding kilogram (kg) dalam perdagangan beras. Perbandingannya, satu gantang setara dengan ukuran 1,4 kg hingga 1,5 kg beras.

Salah satu pedagang di Pasar Raya Padang, Zainal (62 tahun), menjual beras jenis Solok Sokan dengan harga Rp 25 ribu per gantang. Harga ini masih bertahan selama dua pekan ini. Meski begitu, harga jual saat ini masih lebih mahal dibanding periode September-Oktober 2018 lalu. Normalnya, ujar Zainal, beras Solok Sokan dijual dengan harga Rp 23 ribu per gantang.

Sementara itu, beras medium Solok dijual dengan harga Rp 23 ribu per gantang, naik dibanding bulan lalu yang dijual dengan harga Rp 21 ribu per gantang. Sedangkan beras IR 43 atau yang dikenal dengan 'beras Padang', dijual dengan harga Rp 21 ribu per gantang, naik dari harga normalnya Rp 19 ribu per gantang. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement