Senin 12 Nov 2018 17:50 WIB

Anggota FAO Belajar Pertanian dari Indonesia

FAO mengapresiasi pertanian di Indonesia.

Rep: Melisa Riska Putri/ Red: Gita Amanda
Seorang petani menyiram lahan pertaniannya. (ilustrasi)
Foto: Antara/Wahyu Putro A
Seorang petani menyiram lahan pertaniannya. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Pangan dan Pertanian Perserikatan Bangsa-Bangsa atau Food and Agriculture (FAO) mengapresiasi pertanian di Indonesia. Negara anggota juga bisa belajar pertanian dari Indonesia.

Representatif FAO untuk Indonesia dan Timor Leste Stephen Rudgard mengatakan, perwakilan tetap dari delapan negara anggota FAO telah mengunjungi sejumlah daerah untuk mempelajari sistem pertanian Indonesia. "Dalam kunjungan lapangan ini mereka menyaksikan langsung bagaimana kerja FAO di lapangan dan bagaimana kami berusaha bekerja dengan baik dengan penerima manfaat dan partner kami," katanya dalam Lokakarya Nasional dengan tema 'Pilar Utama Peningkata Kesejahteraan Petani; Reformasi Pertanian, Intensifikasi Produksi dan Peningkatan Akses Pasar' di Gedung Pusat Informasi Agribisnis, Kantor Pusat Kementerian Pertanian (Kementan), Senin (12/11).

Kunjungan berlangsung selama empat hari, sejak 31 Oktober 2018 hingga 3 November 2018. Delegasi yang hadir di antaranya berasal dari Aljazair, Australia, Chili, Yordania, Nigeria, Norwegia, Thailand dan Amerika Serikat.

Para delegasi berkunjung ke Jawa Tengah untuk menyaksikan demonstrasi padi-ikan (mina-padi) di Kabupaten Sukoharjo. Lokasi tersebut merupakan kerja sama FAO dengan Kementerian Kelautan dan Perikanan dan pemerintah daerah untuk mengembangkan praktik-praktik mina pada inovatif. Para peserta delegasi mendapat pengalaman melakukan panen beras dan ikan bersama para petani dan Bupati Sukoharjo, Wardoyo Wijaya.

Setelah Sukoharjo, rombongan delegasi menuju Yogyakarta untuk mempelajari program Kementerian Pertanian yang didukung oleh FAO dan USAID guna mendeteksi dan memberantas wabah penyakit unggas. Delegasi melakukan uji petik pengambilan sampel unggas di Pasar Terban Yogyakarta. Sampel unggas selanjutnya dibawa ke Balai Besar Veteriner Wates untuk pemeriksaan virus flu burung (Avian Influenza).

Delegasi berkesempatan untuk meninjau fasilitas laboratorium Bioteknologi dan laboratorium Virologi. Setelah itu, dilakukan presentasi proyek FAO Emerging Pandemic Threats 2 (EPT-2), dan sekilas layanan BB Veteriner Wates.

Pada kesempatan tersebut delegasi dari Norwegia, Gunnvor Berge menyampaikan apresiasi atas capaian program Influenza Virus Monitoring (IVM) online atau pemantauan virus AI online, yang berhasil mengurangi kejadian penyebaran virus AI pada unggas di wilayah kerja Balai Besar Veteriner Wates yang berdampak pada peningkatan pendapatan petani peternak unggas.

Di hari terakhir kunjungan para delegasi mengunjungi Desa Sibetan, Karangasem, Bali untuk mempelajari proyek Agroforestri Salak yang diajukan pemerintah sebagai Sistem Warisan Pertanian Penting Dunia (GIAHS). Untuk diketahui, petani salak di Sibetan mengelola sistem agroforestri memanfaatkan kearifan lokal dan filosofi yang telah diwariskan selama lebih dari 14 abad dari generasi ke generasi.

Kepala delegasi, Wakil Tetap Nigeria Yaya Adisa Olaitan Olaniran di akhir kunjungan menyampaikan kesan-kesannya selama melakukan kunjungan di Tanah Air. "Kami meninggalkan Indonesia dengan kenangan yang cukup baik bagaimana kerja sama itu harus dilakukan dan kami benar-benar menghargai Pemerintah, rakyat dan staf FAO di Indonesia," ujar dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement